Mohon tunggu...
Halima Maysaroh
Halima Maysaroh Mohon Tunggu... Guru - PNS at SMP PGRI Mako

Halima Maysaroh, S. Pd., Gr. IG/Threads: @hamays_official. Pseudonym: Ha Mays. The writer of Ekamatra Sajak, Asmaraloka Biru, Sang Kala, Priangga, Prima, Suaka Margacinta, Bhinneka Asa, Suryakanta Pulau Buru

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Hari Anti Korupsi Sedunia: Menanamkan Perilaku Anti Korupsi pada Anak di Lingkup Keluarga

7 Desember 2023   11:03 Diperbarui: 9 Desember 2023   03:47 777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi lembaga keluarga (Dok: Migs Reyes/Pexels via Kompas.com)

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan tanggal 9 Desember sebagai peringatan Hari Anti Korupsi Internasional. Peringatan Hari Anti Korupsi ini dicetuskan oleh Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan pada 30 Oktober 2003. 

PBB menyetujui ajuan peringatan Hari Anti Korupsi tersebut. Penandatanganannya perjanjian dilakukan di Merdia, Meksiko, pada 9-11 Desember 2003.

Hari Anti Korupsi Sedunia ini juga diperingati di Indonesia. Biasanya dirayakan dengan aksi demo atas menyuarakan aspirasi terkait terkutuknya perilaku korupsi.

Perilaku curang korupsi memberikan dampak berbahaya bagi orang banyak. Sebelum seseorang beranjak ke lingkup instansi atau lembaga, sebaiknya penanaman anti korupsi diterapkan sedari lingkup terkecil yaitu keluarga atau rumah. 

Lembaga atau instansi adalah lahan subur untuk menanamkan sikap korupsi yang terkutuk. Kebiasaan kecurangan dari anggota keluarga, dapat menjadi cikal bakal koruptor di masa yang akan datang.

Perlu kiranya menanamkan habit anti korupsi sejak dini. Ketika dewasa nanti, kebiasaan baik itu bukan hanya ditanamkan kepada diri sendiri dengan sikap jujur dan anti korup, tetapi juga dapat ditanamkan kepada orang-orang sekitar.

Selain diterapkan di lingkup pendidikan yakni sekolah, kiranya mulailah dari rumah. Rumah atau keluarga adalah fondasi karakter anak-anak.

Tidak membohongi anak dengan iming-iming

Anak-anak sudah lumrah mengalami tantrum atau merengek dengan tangisan yang sulit ditenangkan. Biasanya terdengar rayuan ibu untuk menenangkan si anak. Cara ini tidak keliru, tetapi akan menjadi keliru ketika merayu anak dengan iming-iming kebohongan.

Misalnya, "Sudah, tenang, ya. Nanti Mama belikan es krim." Kalimat ini akan direkam anak sebagai janji. 

Anak akan merasa es krim tersebut adalah imbalan dari sikap tenang yang anak tunjukan. Jika Ibu ternyata berbohong, es krim tidak kunjung diberikan, di sinilah anak mulai merekam jejak-jejak pendidikan berbohong yang diajarkan oleh ibunya sendiri.

Hindari berbohong kepada anak dengan tipe seperti ini. Jangan sampai menjadi kebiasaan anak kelak ketika dia bertumbuh. Parahnya lagi jika anak membawa perilaku berbohong dengan iming-iming ini ke kehidupan masyarakat. Apalagi dibawanya ke lingkup kerja, sangat berbahaya.

Ketidakjujuran adalah cikal bakal benih koruptor yang keji tersebut. Biasakan anak diperlakukan jujur tanpa dibohongi dengan janji-janji. Beri anak pemahaman mengapa harus bersikap tenang dan tidak rewel. Jika terlanjur berjanji dengan iming-iming, lekas tepati janji tersebut.

Dengan begitu, anak paham bagaimana harus bersikap dan bisa menyadari bahwa janji itu harus ditepati. Jika sikap kesadaran diri baik dan bersikap jujur ini dibawa ke dalam masyarakat, maka habit jujur juga akan ditanamkan di dalam pekerjaan dan semua aktivitas. 

Meminta izin ketika menggunakan barang pribadi anggota keluarga

Di dalam keluarga tentu terdapat beberapa anggotanya. Ada ayah, ibu, adik, kakak dan mungkin pekerja yang ada di rumah. Sebagai orangtua, biasakan meminta izin jika hendak menggunakan barang-barang milik anggota keluarga lain. 

Misalnya ibu meminta izin kepada ayah ketika hendak menggunakan ponselnya, kakak meminta izin kepada adik ketika hendak menggunakan pensilnya.

Sikap santun meminta izin dalam menggunakan benda-benda yang bukan miliknya sendiri itu harus dimulai dari keluarga sendiri. Dengan begitu anak akan membawa kebiasaan tersebut ketika di luar. Anak akan terhindar dari kebiasaan berbuat curang dan menggunakan hak milik orang lain tanpa izin.

Hal sesederhana ini memiliki pengaruh yang cukup kuat dalam membentuk karakter anak. Anak yang terbiasa menyaksikan atau mengalami kecurangan atas menggunakan hak orang lain, takutnya akan dibawanya ke dalam lingkup kerja ketika dewasa nanti.

Menggunakan barang milik anggota keluarga lain tanpa izin dan seenaknya saja, adalah perilaku memulai korupsi kecil-kecilan. Bagaimana jika perilaku ini berlanjut hingga anak bekerja?

Dia menggunakan hak orang lain untuk kepentingan pribadinya secara diam-diam. Yang dulunya korupsi kecil-kecilan dari rumah, berkembang menjadi korupsi terkutuk di lembaga kerja.

Habit hidup sederhana

Hidup sederhana dan menikmati apa yang ada adalah kunci bahagia dan merasa cukup. Tanamkan sikap mensyukuri apa yang dimiliki dan tetap semangat untuk memperoleh apa-apa yang diinginkan. Gaya hidup sederhana diterapkan guna mampu mengatur segala kebutuhan dengan tepat.

Hidup sederhana maksudnya adalah tidak lebih besar pasak daripada tiang. Segala pengeluaran sesuai dengan penghasilan orang tua. Hindari kebiasaan berhutang demi memenuhi gaya hidup agar tampak mewah seperti orang lain.

Hindarkan anak-anak dari didikan memaksakan diri dan menghalalkan segala cara demi tampak bergengsi. Gaya hidup layak, sehat, sederhana, dan harmonislah yang perlu tertanam dalam hati dan pikiran anak. Hidup sederhana akan menghindarkan anak untuk serakah akan harta yang bukan menjadi hak.

Jika habit hidup sederhana tertanam dengan baik, maka akan dibawa hingga dewasa ke lingkup kerja. Kelak dewasa, anak akan terhindar dari rakusnya sifat koruptor.

Jujur dan saling terbuka

Di dalam keluarga, saling terbuka adalah fondasi untuk memiliki sikap jujur. Biasakan anak berbagi atas apa saja yang dialami. Baik berbagi terkait kebahagiaan maupun kesedihan. Dari situ nantinya akan ada solusi-solusi dari anggota keluarga lainnya.

Terbiasa bersikap jujur dan terbuka akan membentuk karakter takut akan kebohongan. Jujur dan saling terbuka di dalam keluarga juga akan menjadikan rumah menjadi tempat paling nyaman dan aman. 

Di mulai dari rumah untuk merasa nyaman dan bersikap jujur. Kejujuran tersebut akan dibawanya sebagai pengambil kebijakan kelak di masa dewasanya.

Dengan terbiasa jujur dan terbuka, maka akan merasa berdosa dengan sikap menyembunyikan kesalahan. Apalagi untuk menilap uang orang lain secara diam-diam dan bersikap korup.

Demikian beberapa sikap yang harus dibiasakan di dalam keluarga guna meminimalisasi sifat korup di masa yang akan datang. Semoga anak-anak dan keluarga kita dijauhkan dari segala tindak korupsi dalam bentuk apapun itu. 

Selamat memperingati Hari Anti Korupsi Sedunia 9 Desember nanti. Tanyakan pada diri, apa yang sudah kita perbuat untuk menekan kasus korupsi di negeri ini? 

Ayo, mulailah dari keluarga masing-masing, itulah hal kecil dan sederhana yang bisa mulai dilakukan sedari sekarang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun