Misalnya pada pemilihan OSIS di sekolah, murid-murid diminta untuk mengambil keputusan dalam pemilihan yang demokratis. Tentu pilihan bijak yang dibutuhkan. Begitupun dengan kandidat terpilih. Yang bersangkutan memiliki tanggung jawab dalam mengambil kebijakan-kebijakan di masanya menjadi pimpinan organisasi sekolah tersebut.
Koneksi Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) dengan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara
Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara berfokus pada kodrat anak atau murid. Kodrat tersebut adalah kodrat alam dan kodrat zaman. Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) mencakup kodrat alam anak.
Kodrat alam meliputi apa-apa yang dibawa sejak lahir atau secara genetik, pengaruh lingkungan, didikan orang tua, segala karakteristik dan kemampuan yang dimilikinya. Implementasi Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) ini merujuk dalam pembelajaran yang berpihak pada murid sesuai dengan kodrat alamnya.
Setelah pemenuhan kodrat alam murid, Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) juga dapat merambah pada kodrat zaman anak. Kodrat zaman terkait dengan emosi anak dalam mencapai cita-cita, impian, caranya bersosialisasi dengan sekitar secara virtual dan lain sebagainya.Â
Secara emosi cita-cita anak banyak yang berubah, dulunya profesi dokter, pilot, polisi banyak digandungi anak-anak. Perkembangan zaman mengubah emosi dan impian anak-anak, mereka banyak yang mengidamkan menjadi youtuber, video creator, selebtok, selebgram, gamer, influencer dan lain-lain.
Koneksi Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) dengan nilai guru penggerak
Nilai-nilai guru penggerak menuntut untuk mengajar yang berpihak pada murid, mampu berinovasi sesuai zaman, mampu berkolaborasi dengan guru dan pihak lain, mandiri dengan terus belajar dan berkembang, dan mampu merefleksikan diri demi tindak lanjut pembelajaran berikutnya. Semua itu tidak akan berjalan tanpa memiliki Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) yang mumpuni.
Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) berperan dalam mengontrol nilai pada diri seorang guru sekaligus caranya berdampak untuk orang sekitar. Dengan pembelajaran sosial dan emosional, seorang guru mampu meraih target dan tujuan pembelajaran yang berpihak pada murid.
Guru yang tidak memiliki Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) yang terkendali dengan baik, tidak akan mampu memenuhi nilai-nilai sebagai guru penggerak. KSE justru dapat dijadikan pengontrol dalam memenuhi nilai-nilai tersebut.
Koneksi Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) dengan visi guru penggerak
Seorang guru yang tergerak, bergerak dan menggerakkan tentu memiliki visi di dalam lingkup belajar. Visi tersebut disesuaikan dengan kebutuhan murid untuk mencapai tujuan belajarnya.
Terdapat beberapa tahapan di dalam pembentukan visi tersebut. Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) dibutuhkan sebab dalam perumusan visi guru perlu meluruhkan egonya. Guru tidak diperkenankan untuk egois mengutamakan mimpi dan harapannya. Tetapi guru perlu kembali bersosial dengan murid untuk mengetahui kebutuhan yang akan dirumuskan menjadi visi dan tujuan belajar.
Koneksi Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) dengan budaya positif di sekolah
Budaya positif di sekolah mengajarkan murid dan guru untuk tidak bertindak sesuka hati. Apalagi terhadap guru, tidak ada peran guru yang semena-mena walau tujuannya baik untuk mendidik.