Mohon tunggu...
Halima Maysaroh
Halima Maysaroh Mohon Tunggu... Guru - PNS at SMP PGRI Mako

Halima Maysaroh, S. Pd., Gr. IG/Threads: @hamays_official. Pseudonym: Ha Mays. The writer of Ekamatra Sajak, Asmaraloka Biru, Sang Kala, Priangga, Prima, Suaka Margacinta, Bhinneka Asa, Suryakanta Pulau Buru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Aksi Nyata Sesi Berbagi Materi Budaya Positif di Sekolah

28 Oktober 2023   08:14 Diperbarui: 28 Oktober 2023   17:10 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sesi berbagi budaya positif (dokumentasi pribadi) 

Ciri-ciri posisi kontrol sebagai manager:

  • Guru melontarkan pertanyaan-pertanyaan bermakna
  • Menuntun murid untuk belajar dari kesalahan
  • Mencarikan solusi sebagai penyelesaian
  • Menawarkan  kesepakatan untuk ke depan lebih baik

Posisi kontrol paling ideal sebagai upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam membangun budaya positif di sekolah adalah posisi kontrol sebagai manajer. Tentunya, untuk mewujudkan hal ini membutuhkan proses yang yang tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Selain itu, proses ini juga membutuhkan keterlibatan semua pemangku kepentingan di sekolah.

Segitiga restitusi

Segitiga restitusi dilaksanakan untuk meminimalisir adanya posisi kontrol guru sebagai penghukum. Jadi, ketika murid melalukan kekeliruan, tidak langsung dihakimi, tetapi dilakukan langkah-langkah retitusi sebagai penyelesainnya.

Langkah-langkah tersebut tidak harus dilakukan satu persatu secara kaku. Sebenarnya banyak guru yang telah melaksanakannya dalam berbagai versi menurut gayanya masing-masing bahkan tanpa mengetahui tentang teori restitusi.

Langkah-langkah segitiga restitusi:

  • Menstabilkan identitas
  • Memvalidasi tindakan yang salah
  • Menanyakan keyakinan

Pada fase menstabilkan identitas, posisi guru sebagai penengah antara murid dan kesalahannya. Tidak menghakimi, juga tidak membela. Tugas guru menenangkan dan memanusiawikan murid. Contoh kalimat yang dilontarkan guru adalah, "Semua orang pernah berbuat kesalahan, termasuk saya. Jadi wajar jika kamu berbuat kesalahan kali ini."

Tahap selanjutnya adalah memvalidasi kesalahan yang dilakukan. Guru memastikan murid memahami kesalahannya, bukan untuk membuat murid merasa rendah diri atau membuatnya terpuruk. Guru berusaha mengetuk hati murid untuk menyadari bahwa tindakkannya tidak sesuai dengan keyakinan yang telah disepakati. Murid juga diharapkan dapat mengambil pelajaran dari kesalahannya. Maka terbentuklah motivasi internal dalam diri murid.

Tahap terakhir adalah menanyakan keyakinan. Guru bersama murid mencari solusi akan masalah tersebut. Selanjutnya membuat kesepakatan agar kesalahan tersebut tidak terulang kembali. Jika perlu, melibatkan orang-orang terdekat murid seperti orang tua, kakak dan anggota keluarga lain.

Demikian materi yang Calon Guru Penggerak sampaikan di dalam forum diseminasi aksi nyata. Banyak harapan yang menjadi PR para guru untuk berinovasi dalam menerapkan budaya positif ini.

Setelah seluruh materi disampaikan dalam diseminasi aksi nyata di sekolah SMP PGRI Mako, Bapak Kepala Sekolah memberikan tanggapan positif. Beliau menyatakan bahwa akan bertahap merealisasikan budaya positif dan mempertahankan budaya positif yang telah terlaksana.

Diseminasi yang berjalan dengan lancar ini bukan sebab saya hebat. Tetapi sebab pimpinan saya dan rekan-rekan guru yang hebat. Rekan-rekan yang tergugah untuk berkolaborasi bersama-sama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun