Kembali ke fokus saya yaitu ke panari yang paling tampak besar, awalnya saya pikir penari itu berperan sebagai raksasa. Ternyata saya salah, dia berperan sebagai burung garuda yang dikendarai Dewa Wisnu. Tampak begitu gagah penari itu. Ramah pula ketika saya meminta foto bersamanya.
Kaingintahuan saya tidak berhenti di penari-penarinya saja, kemudian saya tertarik pada narasi dalam tarian. Namun, saya menemui kesulitan untuk memahaminya, sang narrator membacakan narasi dalam Bahasa Bali yang jelas saya tidak paham artinya. Tetapi saya tidak hilang akal, kebetulan saya tidak sendiri, tetapi bersama rekan asli Bali yang saya kenal di lokasi pelatihan yaitu Mbak Ni Nyoman Pebriantariani. Saya bertanya sedikit tentang makna tari kecak yang sedang tampil itu.
Sedikit pencerahan dari teman dan bahasa tubuh penari yang saya saksikan, dapat saya tangkap maknanya. Yaitu penari-penari cewek itu adalah bidadari khayangan di istana Dewa Wisnu. Sang Garuda menerobos istana Dewa Wisnu demi mengambil Tirta Amertha. Tirta Amertha atau air suci itu akan digunakan untuk membebaskan ibunya yang dijadikan budak naga.
Maka Garuda harus berperang dahulu dengan para pengawal dan patih Dewa Wisnu. Setelah Garuda berhasil mengalahkan semuanya, Dewa Wisnu bersedia memberikan Tirta Amertha dengan syarat Garuda harus bersedia menjadi tungganganNya. Garuda pun bersedia demi ibunya, berbakti sangat Garuda itu. Saya mengambil kesimpulan dari tari kecak itu bahwa Garuda Wisnu Kencana adalah Kereta Garuda Dewa Wisnu.
Mengunjungi Green School Sekolah Paling Ramah Alam
Kesempatan berharga lainnya yaitu kami diberi kesempatan untuk menggunjungi Green School. Sekolah alam ini berlokasi di Jalan raya Sibang Kaja, Banjar Saren, Kecamatan Abiansemal, kabupaten Badung, Bali.
Dari sekolah ini saya belajar betapa penting dan indahnya menjaga alam. Kami tidak diperkenankan untuk membawa botol minum plastik sekali pakai di sini. Botol minum pengunjung dapat diisi ulang pada galon-galon air yang telah tersedia di setiap sudut sekolah.
Bagunan yang berdiri kokoh terbuat dari kayu dan bambu terasa begitu sejuk. Jauh dari pendingin ruangan pun tidak meresahkan. Tidak perlu AC di sini.
Terdapat beberapa bangunan yang menjadi pusat tempat belajar, kantor, toko buku bekas, aula, tempat daur ulang pengolahan sampah, lapangan olah raga yang semuanya terbuat dari kayu dan bambu dan bahan yang didapat dari alam lainnya.
Terdapat kebun-kebun sayuran yang tampak rapi dan segar. Hasil kebun ini yang nantinya dapat mejadi bahan makanan. Waktu itu kami sempat mendapat jajanan yang terbuat olahan hasil kebun dan madu.
Tidak kalah dengan kebun, ada juga tempat berternak, terdapat kendang sapi dan hewan ternak lainnya. Kotoran hewan juga tidak dibiarkan begitu saja, tampak dikumpulkan dan diolah menjadi pupuk.