Sebagaimana Ki Hajar Dewantara yang sejak era kolonial hingga kini  menjadi panutan dalam bidang pendidikan, begitu juga dengan guru yang selalu berperan sebagai panutan yang menuntun. Ke manakah murid dituntun oleh guru? Apakah ke arah lebih baik sesuai dengan ambisi seorang guru? Tentu tidak, tugas guru adalah menuntun muridnya untuk menggali kodratnya sesuai dengan Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara. Kodrat yang harus digali dan kembangkan adalah kodrat alam dan kodrat zaman anak.
Pembelajaran yang menuntun anak kepada kodrat alam dan kodrat zaman itu adalah pembelajaran yang berpihak pada murid. Menggali potensi yang dimiliki oleh murid yang telah dimiliki dan dibawa dari alam dan lingkungan, dan mengembangkannya sesuai dengan zamannya sekarang.
Visi guru penggerak untuk mewujudkan profil pelajar pancasila
Menjadi pertanyaan besar dan berat bagi seorang calon guru penggerak, "Apa yang Bapak/Ibu pahami mengenai kaitan peran pendidikan dalam mewujudkan filosofi KHD dan Profil Pelajar Pancasila pada murid-muridnya dengan paradigma Inkuiri Apresiatif (IA) di sekolah Bapak/Ibu?
Dengan segala kewajiban menuntun yang berpihak pada murid, maka guru perlu memiliki visi untuk jangka panjang murid di masa yang akan datang. Ini artinya saat merumuskan visi perlu pendekatan yang berpihak pada murid. Pendekatan yang tepat adalah pendekatan inkuiri apresiatif yang mana dalam pendekatan ini guru dituntut untuk dapat mengambil pelajaran atas potensi yang telah dimiliki murid, guru dan sekolah. Artikel sebelumnya tentang perumusan visi melalui pendekatan inkuiri apresiasi dapat dibaca di klik di sini
Profil Pelajar Pancasila yang terdiri dari:
- Beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME
- Berkebhinnekaan global
- Â Gotong-royong
- Mandiri
- Bernalar kritis
- Kreatif
Dalam merumuskan visi yang merujuk pada Profil Pelajar Pancasila sudah dapat dipastikan bahwa mewujudkan insan yang religius adalah mutlak. Nilai religius juga sudah ada sebagai kodrat alam pada setiap diri anak. Begitu juga dengan nilai kebhinnekaan global, gotong-royong, mandiri, bernalar kritis dan kreatif, sejatinya telah menjadi dasar nilai dalam diri anak.
Tujuan dibuatnya visi adalah untuk mempertegas dan mempertajam nilai tersebut agar kelak dapat berguna bagi diri sendiri, bagi masyarakat dan bagi bangsa. Visi harus merujuk pada kemampuan yang dimiliki untuk mampu dipertahankan bahkan dikembangkan lagi. Â
Sebagai pengalaman menilik dari potensi yang ada di sekolah saya sendiri, bahwa begitu banyak potensi-potensi yang dimiliki, dari minat, bakat, nilai religius dan fasilitas pendukung yang erat dengan perkembangan zaman. Dari itu saya membuat visi, "Mewujudkan murid yang religius dan mampu berinovasi sesuai dengan profil pelajar Pancasila" sebagai Impian yang akan diwujudkan.
Visi itu saya rumuskan bedasarkan potensi yang sejatinya telah ada sebagai dasar kekuatan. Nilai religius telah dimiliki dengan segala kemajemukkannya di lingkungan sekolah. Berinovasi dengan cara memanfaatkan fasilitas sekolah yang mendukung secara maksimal, seperti penggunaan gadget, media presentasi, akses internet dan lain-lain. Sekaligus membawa murid untuk menemukan jati dirinya, guru tenggelam di dalam observasi memahami zaman murid.
Merumuskan visi pembelajaran yang berpihak pada murid menggunakan pendekatan inkuiri apresiatif sangat berkaitan. Semuanya dikembalikan pada kodrat dan potensi yang dimiliki. Dengan visi, potensi dan kodrat tersebut akan bertahan dan berkembang lebih baik lagi.
Revisi perumusan visi
Untuk memantapkan visi guru penggerak, tidak semudah merangkai kata-kata hebat. Kalimat bermakna yang disebut visi itu dirumuskan melalui beberapa tahapan rumit.
Dari tahap observasi menilik potensi dan kemampuan, menemukan kebutuhan, dan mengangankan Impian. Maka tidak mustahil jika revisi visi itu dapat terjadi dari potensi yang berkembang, kebutuhkan yang fleksibel dan impian yang diangankan.
Contoh kongkritnya yaitu, saya merevisi visi saya sebanyak dua kali. Pertama saya buat visi guru penggerak sewaktu memasuki pembelajaran pertama di Modul 1.3 Pendidikan Guru Penggerak (PGP) yang berjudul Visi Guru Penggerak. Saya merumuskan visi pada materi pembelajaran Mulai dari Diri. Kemudian saya merevisi visi yang telah dirumuskan tersebut setelah mengikuti pembelajaran Ruang Kolaborasi bersama fasilitator. Saya benahi lagi agar lebih tepat sasaran. Ternyata ketika saya sampai di pembelajaran Elaborasi Pemahaman/Koneksi Antar Materi bersama instruktur, saya merevisi kembali visi saya.
Kini visi guru penggerak yang saya rumuskan secara secara final adalah "Menjadi guru yang berbudi pekerti luhur, berdaya dan inovatif untuk mewujudkan murid yang religius dan berdaya saing global". Ini visi hasil revisi setelah mengikuti pendalaman materi dan setelah berusaha mengoneksikan antara visi guru penggerak dengan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara.
Aksi mewujudkan visi
Sejak visi pertama/belum direvisi, saya telah merancang pembelajaran yang menjurus pada perwujudan visi. Pembelajaran yang memihak pada kodrat alam dan kodrat zaman anak. Juga melakukan pendekatan ikuiri apresiatif dalam mendirikan kerangka-kerangka visi.
Saya merancang pembelajaran melalui persetujuan murid. Seperti apa tugas akan dibuat dan dikumpulkan. Mereka memilih tugas berbasis proyek. Setelah didiskusikan, mereka memilih proyek berbasis digital yaitu menggunakan ponsel dengan produk yang dihasilkan adalah produk digital pula.
Pembelajaran Bahasa Inggris dengan materi procedure text, murid memilih tema bagaimana proses membuat segelas teh hangat. Sebagaimana diketahui bahwa teh hangat adalah minuman setiap pagi yang mereka konsumsi untuk sarapan. Maka materi ini berpihak pada kodrat alam mereka.
Kemudian mereka menginginkan membuat video tentang prosedur tersebut dan mengunggahnya di sosial media. Dengan begitu, mereka perlu mengambil video dan melakukan sunting video.
Semua murid berperan aktif dengan tugas dan peran masing-masing untuk menciptakan produk video yang layak konsumsi publik. Ketika selesai mengambil video dan melakukan editing, video diunggah ke sosial media untuk dipertontonkan kepada khalayak atau teman-teman lain di sosial media yang jangkauannya luas. Pembelajaran berjalan lancar dan menyenangkan. Mereka bertanya kepada saya, "apa proyek selanjutnya?" Kepuasan seorang guru adalah ketika ditunggu muridnya untuk belajar. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H