Untuk memantapkan visi guru penggerak, tidak semudah merangkai kata-kata hebat. Kalimat bermakna yang disebut visi itu dirumuskan melalui beberapa tahapan rumit.
Dari tahap observasi menilik potensi dan kemampuan, menemukan kebutuhan, dan mengangankan Impian. Maka tidak mustahil jika revisi visi itu dapat terjadi dari potensi yang berkembang, kebutuhkan yang fleksibel dan impian yang diangankan.
Contoh kongkritnya yaitu, saya merevisi visi saya sebanyak dua kali. Pertama saya buat visi guru penggerak sewaktu memasuki pembelajaran pertama di Modul 1.3 Pendidikan Guru Penggerak (PGP) yang berjudul Visi Guru Penggerak. Saya merumuskan visi pada materi pembelajaran Mulai dari Diri. Kemudian saya merevisi visi yang telah dirumuskan tersebut setelah mengikuti pembelajaran Ruang Kolaborasi bersama fasilitator. Saya benahi lagi agar lebih tepat sasaran. Ternyata ketika saya sampai di pembelajaran Elaborasi Pemahaman/Koneksi Antar Materi bersama instruktur, saya merevisi kembali visi saya.
Kini visi guru penggerak yang saya rumuskan secara secara final adalah "Menjadi guru yang berbudi pekerti luhur, berdaya dan inovatif untuk mewujudkan murid yang religius dan berdaya saing global". Ini visi hasil revisi setelah mengikuti pendalaman materi dan setelah berusaha mengoneksikan antara visi guru penggerak dengan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara.
Aksi mewujudkan visi
Sejak visi pertama/belum direvisi, saya telah merancang pembelajaran yang menjurus pada perwujudan visi. Pembelajaran yang memihak pada kodrat alam dan kodrat zaman anak. Juga melakukan pendekatan ikuiri apresiatif dalam mendirikan kerangka-kerangka visi.
Saya merancang pembelajaran melalui persetujuan murid. Seperti apa tugas akan dibuat dan dikumpulkan. Mereka memilih tugas berbasis proyek. Setelah didiskusikan, mereka memilih proyek berbasis digital yaitu menggunakan ponsel dengan produk yang dihasilkan adalah produk digital pula.
Pembelajaran Bahasa Inggris dengan materi procedure text, murid memilih tema bagaimana proses membuat segelas teh hangat. Sebagaimana diketahui bahwa teh hangat adalah minuman setiap pagi yang mereka konsumsi untuk sarapan. Maka materi ini berpihak pada kodrat alam mereka.
Kemudian mereka menginginkan membuat video tentang prosedur tersebut dan mengunggahnya di sosial media. Dengan begitu, mereka perlu mengambil video dan melakukan sunting video.
Semua murid berperan aktif dengan tugas dan peran masing-masing untuk menciptakan produk video yang layak konsumsi publik. Ketika selesai mengambil video dan melakukan editing, video diunggah ke sosial media untuk dipertontonkan kepada khalayak atau teman-teman lain di sosial media yang jangkauannya luas. Pembelajaran berjalan lancar dan menyenangkan. Mereka bertanya kepada saya, "apa proyek selanjutnya?" Kepuasan seorang guru adalah ketika ditunggu muridnya untuk belajar. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H