Tanggal 8 September di setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Literasi/Aksara Internasional atau secara internasional disebut International Literacy Day.Â
Hari Aksara ini diperingati di beberapa negara di dunia, salah satunya adalah negara kita, Indonesia. Maka setiap 8 September diperingati pula Hari Melek Aksara Nasional di negeri kita.
Hari Literasi Internasional digagas oleh para Menteri Pendidikan sedunia dalam sebuah konferensi untuk menanggulangi buta huruf masyarakat. Konferensi tersebut diikuti para Menteri Pendidikan dari berbagai negara yang diselenggarakan di Teheran, Iran pada tahun 1965.Â
Hingga pada pada tahun 1966, UNESCO menetapkan tanggal 8 September sebagai Hari Literasi Internasional untuk menggugah kesadaran masyarakat tentang pentingnya melek aksara.
Bagaimana dengan peringatan Hari Aksara Nasional di Indonesia? Sudahkah masyarakatnya 100% melek aksara? Nyatanya tidak juga.Â
Pada tahun 2022, Badan Pusat Statistik mencatat terdapat 3,65% orang dewasa 15 tahun ke atas di Indonesia belum melek aksara atau disebut buta huruf. Namun, angka persentase ini menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Dengan naiknya kemampuan melek aksara, Secara logika artinya tingkat kemampuan membaca masyarakat Indonesia meningkat yang berimbas pada tingkat minat membacanya juga. Namun, kenyataannya tidak selaras, UNESCO mencatat bahwa Indonesia masuk urutan kedua dari bawah terkait literasi dunia.Â
Minat baca di Indonesia hanya 0,001%, yang artinya hanya ada 1 orang yang memiliki minat baca dari 1.000 orang Indonesia. Miris, bukan? Padahal untuk fasilitas membaca, Indonesia tidak kalah dengan negara-negara maju. Bahan bacaan melimpah ruah.
Minat baca rendah tetapi banyak cakap di sosial media
Dilansir dari kominfo.co.id bahwa 60 juta masyarakat Indonesia memiliki gadget. Pernyataan ini memosisikan Indonesia berada pada tingkat kelima teratas negara pengguna gadget.Â
Dari riset Semiocast sebuah lembaga independen di Paris melaporkan bahwa warga Indonesia merupakan netizen paling cerewet di dunia maya. Ocehan yang terekam jejaknya adalah uneg-uneg, keluhan, nyinyiran, dan penyebaran berita-berita opini tak berdasar.