Tidak dipungkiri bahwa mengakses internet juga dapat menemukan begitu banyak bahan bacaan. Sialnya adalah masyarakat lebih suka menyantap berita-berita dari news media yang tidak valid.Â
Terekam jejaknya juga tentang banyaknya yang ikut repost berita-berita hoax. Andaipun valid, masyarakat lebih senang membaca berita-berita viral yang tidak berfaedah seperti gosip-gosip selebritis. Biasanya setelah nonton video beritanya, kalau kurang puas baru mencari berita secara tertulisnya untuk memenuhi kepuasannya.
Kemampuannya melek aksara juga tak jarang digunakan untuk mengomentari dengan nyinyiran suatu postingan viral. Jika mampu mengetik komentar, artinya individu tersebut juga mampu membaca.Â
Bayangkan saja, satu postingan viral, biasanya meraup ribuan komentar. Ribuan orang yang berkomentar itu juga pastinya membaca beritanya atau membaca sesama komentar.
Sering ditemukan ribuan orang ribut atau beradu opini, saling sanggah di kolom komentar. Artinya bukan hanya minat baca netizen tinggi tetapi kuat pula adu emosi.
Membaca tidak hanya media cetak
Zaman telah bergulir. Bahan bacaan cetak banyak berinovasi menjadi bahan bacaan digital. Contohnya platform Kompasiana ini. Platform yang menyuguhkan begitu banyak dan beragam bahan bacaan.
Bahan bacaan begitu banyak. Jika sulit dan repot membaca buku cetak, masih banyak media massa daring, e-book, novel online dan lain-lain. Semudah itu mengakses bahan bacaan di negara kita, tetapi hasil riset masih 0,001% orang Indonesia yang memiliki minat baca.Â
Bacaan apa yang menjadi target? Tentu bacaan yang bermanfaat, berita aktual terpercaya, sumber belajar yang kredibel, dan lain-lain.
Gunakan kemudaan dalam mengakses bahan bacaan dengan membaca sesuatu yang dapat meng-upgrade ilmu dan diri. Sesekali membaca hiburan, tidak ada salahnya, seperti novel, cerpen, atau berita-berita selebritis yang inspiratif. Banyak public figure dengan sejuta prestasi yang dapat dijadikan motivasi.Â
Jadi, bukan hanya gosip viral tetapi unfaedah yang dikonsumsi.
Merayakan Hari Aksara Nasional
Sesungguhnya, mampu membaca adalah martabat diri. Tidak mudah dibodohi dan dapat memperoleh ilmu secara mandiri tanpa dari lisan orang lain. Bagaimana merayakan Hari Aksara Nasional?