Mohon tunggu...
Halima Maysaroh
Halima Maysaroh Mohon Tunggu... Guru - PNS at SMP PGRI Mako

Halima Maysaroh, S. Pd., Gr. IG/Threads: @hamays_official. Pseudonym: Ha Mays. The writer of Ekamatra Sajak, Asmaraloka Biru, Sang Kala, Priangga, Prima, Suaka Margacinta, Bhinneka Asa, Suryakanta Pulau Buru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Jangan Ngasal, Takutnya Menyesal: Memilih Tukang Bangunan yang Komunikasi dan Koordinasinya Baik

30 Agustus 2023   09:46 Diperbarui: 31 Agustus 2023   18:25 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses pembangunan rumah di Pulau Buru (dokumentasi pribadi)

Mampu membangun rumah adalah impian setiap individu karena rumah atau hunian merupakan kebutuhan primer setelah sandang dan pangan. Namun, membangun rumah tidak semudah memimpikannya, butuh biaya yang menembus ratusan juta hingga miliaran untuk merealisasikan impian tersebut.

Menabung untuk membangun rumah bukan sekadar soal biaya material bangunan saja. Tetapi juga soal ongkos tukang bangunan yang tidak main-main harganya. Mau tukang borongan atau pun tukang harian, sama-sama membutuhkan biaya yang hampir sama dengan biaya materialnya. Tukang bangunan  borongan biasanya dibayar atas kesepakatan dari mulai proyek hingga proyek selesai. Sedangkan tukang harian dibayar perhari, hingga bayarannya dihitung sesuai dengan jumlah hari sang tukang bekerja.

Keliru memilih tukang saat hendak membangun rumah, tidak kalah fatal dengan keliru memilih bahan atau material bangunan. 

Tukang atau pekerja bangunan itu dapat dianggap seperangkat dengan bahan bangunan, sama pentingnya, sama dibutuhkannya. Maka, memilih tukang bangunan yang cocok itu mutlak. Tidak boleh asal, takutnya menyesal.

Mencari tahu rekam jejak tukang bangunan

Saat pengalaman saya membangun rumah, disadari bahwa tidak semua tukang bangunan memiliki kriteria yang sama. Bukan hanya soal upah, soal pola kerja, pelayanan yang akan diberikan, atau pun pelayanan didiminta oleh tukang bangunan, semua itu variatif dari tukang bangunan satu dan tukang bangunan lainnya.

Untuk meminimalisir masalah saat proses pembangunan rumah, alangkah baiknya untuk mencari tahu track record tukang bangunan yang akan dipakai jasanya. Entah tukang bangunan secara perorangan maupun secara grup perlu dikenali dulu kriteria dan karakteristiknya.

Berdasarkan pengalaman saya sewaktu membangun rumah pertama di Ambon, tukang bangunannya adalah teman-teman sendiri yang memang kenal. Bahkan salah satunya adalah teman suami saat kuliah. Jadi, komunikasi kami dengan tukang berjalan dengan baik. Tukang kayu yang membuat kusen, tukang yang merakit besi, tukang yang menangani pasir dan semen, tukang yang memasang atap seng, semua adalah orang yang dikenal. Dengan begitu, komunikasi berjalan dengan baik-baik saja.

Berbeda dengan pembangunan rumah kedua saya di Pulau Buru. Saya belum tahu betul kinerja tukang-tukang bangunannya. Juga tidak ada yang kenal secara personal untuk menjalin komunikasi. Maka diputuskan untuk mencari rekam jejak tukang bangunannya.

Setelah mencari rekam jejak tukang bangunan, saya mendapat rekomendasi dari kakak ipar langsung. Yang direkomendasikan adalah tukang bangunan harian yang beberapa tahun lalu juga membangun rumah kakak ipar saya itu. Hasil kerjanya sudah dapat dilihat kokoh dan rapi. Soal makan, juga tidak rewel. Soal budget yang dibayar harian, masih standar, tidak paling murah, juga tidak paling mahal. Orangnya ramah dan baik untuk berkomunikasi.

Maka atas rekomendasi dari kakak ipar itu, saya mendapat tukang atau pekerja rumah yang benar-benar cocok. Kerjanya giat, hasilnya rapi, disiplin waktu, upah terjangkau, makan tidak rewel.

Ternyata tukang yang rekam jejaknya baik dan direkomendasikan oleh kakak ipar itu adalah tukang professional yang jam terbangnya cukup tinggi. Andai saya tidak mencari rekam jejak tukang bangunan terlebih dahulu, bisa jadi akan mendapat tukang amatiran saja karena belum banyak kenal di tempat baru itu.

Berkomunikasi dan berkoordinasi

Komunikasikan terlebih dahulu soal upah agar tidak ada perdebatan di tengah pembangunan. Jadi saya menggunakan jasa tukang harian. Ada tukang dan ada pembantu tukang yang masing-masing berbeda mematok harga jasanya. Setelah itu sepakati juga soal makan, menu apa yang diinginkan dan menu apa yang mungkin akan menimbulkan alergi atau tekanan darah tinggi. Tidak lupa untuk sepakati waktu datang/mulai kerja, waktu rehat dan waktu pulang. Setelah semua disepakati, pekerjaan dimulai.

Waktu itu saya meminta 2 jasa tukang dan 3 pembantu tukang. Tetapi, di tengah perjalanan pembangunan, salah satu tukang merekomendasikan menambah 1 tukang lagi agar efektif dan lekas selesai. Masukan diterima dan dipertimbangkan.

Maka saya meminta yang bersangkutan merekomendasikan tukang yang mungkin dikenal baik kerjanya. Benar saja, beliau mengajak adik iparnya yang sudah malang melintang dari satu bangunan ke pembangunan bangunan lain. Jadilah 3 tukang dan 3 pembantu tukang yang kerja di rumah kedua saya itu.

Saya juga berkoordinasi dengan tukang soal material bahan bangunan yang bagus. Beberapa material bangunan juga atas rekomendasi tukang. Bagaimana pun tukang bangunan lebih tahu kualitas material daripada saya.

Komunikasi antara kami, bukan hanya dari saya yang menginginkan rumah seperti yang saya inginkan. Justru saya juga mengomunikasikan dengan tukang soal apakah ide-ide saya itu bagus? Apakah ide-ide saya itu dapat menjadikan bangunan kuat? 

Beberapa kali juga saya menerima masukan dari tukang. Jadi bukan hanya saya yang memberi masukan pada pak tukang. Saling memberi masukan dan berkoordinasi untuk membangun rumah Impian saya.

Jadi, mencari tahu track record atau rekam jejak tukang professional itu menjadi keharusan agar tidak menyesal saat proses pembangunan. 

Memilih tukang yang memiliki komunikasi yang baik juga perlu, agar mudah berkomunikasi dan berkoodinasi. Hal itu perlu agar minim masalah hingga pembangunan selesai.

Demikian pengalaman saya berkoodinasi dan berkomunikasi dengan pekerja rumah. Semoga bermanfaat untuk teman-teman yang hendak membangun rumah Impian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun