Mohon tunggu...
Halima Maysaroh
Halima Maysaroh Mohon Tunggu... Guru - PNS at SMP PGRI Mako

Halima Maysaroh, S. Pd., Gr. IG/Threads: @hamays_official. Pseudonym: Ha Mays. The writer of Ekamatra Sajak, Asmaraloka Biru, Sang Kala, Priangga, Prima, Suaka Margacinta, Bhinneka Asa, Suryakanta Pulau Buru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Jangan Ngasal, Takutnya Menyesal: Memilih Tukang Bangunan yang Komunikasi dan Koordinasinya Baik

30 Agustus 2023   09:46 Diperbarui: 31 Agustus 2023   18:25 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses pembangunan rumah di Pulau Buru (dokumentasi pribadi)

Ternyata tukang yang rekam jejaknya baik dan direkomendasikan oleh kakak ipar itu adalah tukang professional yang jam terbangnya cukup tinggi. Andai saya tidak mencari rekam jejak tukang bangunan terlebih dahulu, bisa jadi akan mendapat tukang amatiran saja karena belum banyak kenal di tempat baru itu.

Berkomunikasi dan berkoordinasi

Komunikasikan terlebih dahulu soal upah agar tidak ada perdebatan di tengah pembangunan. Jadi saya menggunakan jasa tukang harian. Ada tukang dan ada pembantu tukang yang masing-masing berbeda mematok harga jasanya. Setelah itu sepakati juga soal makan, menu apa yang diinginkan dan menu apa yang mungkin akan menimbulkan alergi atau tekanan darah tinggi. Tidak lupa untuk sepakati waktu datang/mulai kerja, waktu rehat dan waktu pulang. Setelah semua disepakati, pekerjaan dimulai.

Waktu itu saya meminta 2 jasa tukang dan 3 pembantu tukang. Tetapi, di tengah perjalanan pembangunan, salah satu tukang merekomendasikan menambah 1 tukang lagi agar efektif dan lekas selesai. Masukan diterima dan dipertimbangkan.

Maka saya meminta yang bersangkutan merekomendasikan tukang yang mungkin dikenal baik kerjanya. Benar saja, beliau mengajak adik iparnya yang sudah malang melintang dari satu bangunan ke pembangunan bangunan lain. Jadilah 3 tukang dan 3 pembantu tukang yang kerja di rumah kedua saya itu.

Saya juga berkoordinasi dengan tukang soal material bahan bangunan yang bagus. Beberapa material bangunan juga atas rekomendasi tukang. Bagaimana pun tukang bangunan lebih tahu kualitas material daripada saya.

Komunikasi antara kami, bukan hanya dari saya yang menginginkan rumah seperti yang saya inginkan. Justru saya juga mengomunikasikan dengan tukang soal apakah ide-ide saya itu bagus? Apakah ide-ide saya itu dapat menjadikan bangunan kuat? 

Beberapa kali juga saya menerima masukan dari tukang. Jadi bukan hanya saya yang memberi masukan pada pak tukang. Saling memberi masukan dan berkoordinasi untuk membangun rumah Impian saya.

Jadi, mencari tahu track record atau rekam jejak tukang professional itu menjadi keharusan agar tidak menyesal saat proses pembangunan. 

Memilih tukang yang memiliki komunikasi yang baik juga perlu, agar mudah berkomunikasi dan berkoodinasi. Hal itu perlu agar minim masalah hingga pembangunan selesai.

Demikian pengalaman saya berkoodinasi dan berkomunikasi dengan pekerja rumah. Semoga bermanfaat untuk teman-teman yang hendak membangun rumah Impian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun