Mohon tunggu...
Halima Maysaroh
Halima Maysaroh Mohon Tunggu... Guru - PNS at SMP PGRI Mako

Halima Maysaroh, S. Pd., Gr. IG/Threads: @hamays_official. Pseudonym: Ha Mays. The writer of Ekamatra Sajak, Asmaraloka Biru, Sang Kala, Priangga, Prima, Suaka Margacinta, Bhinneka Asa, Suryakanta Pulau Buru

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Ponsel Hilang, Kriminal Internet Melancarkan Kesempatan

28 Juli 2023   13:32 Diperbarui: 29 Juli 2023   01:00 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mengamankan sandi (dokumentasi Shutterstock) dari kompas

Sudah jatuh, ada yang berusaha menimpai tangga pula. Serempeten istilah itu rasanya berkaitan dengan kejahatan digital yang Selasa, 25 Juli lalu menimpa saya. Sepulang kerja, ponsel saya jatuh dari atas sepeda motor tanpa disadari. Apakah malang berhenti sampai di situ? Ternyata tidak.

Ketidakberuntungan justru dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Kepanikan orang yang sedang kehilangan malah menjadi mangsa emas untuk para penjahat yang beraksi di jaringan internet. Semakin canggih suatu zaman, memang semakin kejam bentuk cyber crime.

Cyber crime juga bermacam-macam, seperti phishing yang berfokus pada penipuan pada akun-akun keuangan, seperti mobile banking dan e-wallet. Ada juga penjahat yang berfokus pada peretasan email dan akun jejaring sosial. Ada pula kejahatan yang disebut carding, carder melancarkan kejahatannya dengan menggunakan kartu kredit orang lain yang datanya dicuri. Dan masih banyak lagi macam-macam kejahatan melalui jaringan di era digital ini.

Orang yang kehilangan ponsel ternyata menjadi sasaran renyah penjahat-penjahat digital dengan memanfaatkan situasi. Serba salah bagi orang yang kehilangan, saat memberitahukan kehilangan pada orang lain, agar berharap kemungkinan dapat ditemukan kembali, justru malah mengundang penipu-penipu keluar dari sarangnya. Baru saya sadari bahwa menyebarkan kabar kehilangan di sosial media,  itu tidak direkomendasikan karena akan lebih berbahaya.

Orang kehilangan itu panik dan kesempatan penipu menyusup

Sore itu saat ponsel saya hilang, tidak satu pun akun sosial media dapat diakses karena seluruh kode verifikasi masuk ke nomor ponsel yang hilang tersebut jika ingin diakses dari perangkat lain. 

Langkah pertama saya ke layanan provider setempat untuk menonaktifkan nomor seluler tersebut. Tetapi ternyata alatnya tidak tersedia dan harus ke ibu kota kabupaten yang jauh untuk menindak lanjuti. Sedangkan itu sudah hampir sore dan gerai provider telah hampir tutup. Saya harus menunggu besok.

Entah pikiran sudah sangat dangkal atau tak punya solusi (maklum baru pertama mengalami kehilangan ponsel), saya meminjam ponsel ibu saya untuk menyiarkan kehilangan ponsel karena perkiraan jatuh tidak jauh dari lokasi tempat tinggal. Akun sosial media ibu saya kebanyakan mutual friends bersama orang-orang terdekat. 

Respon orang-orang baik yang bersedia menyebarkan dan mendoakan kebaikan. Tetapi dibalik itu terdapat orang jahat yang entah datangnya dari mana. Salah satu akun mengirim direct message kepada ibu saya dan memberitahukan bahwa ponsel saya dia temukan. 

Ketika saya cross check, akun tersebut tidak berteman dan tidak ada teman mutual satu pun. Dari situ saja saya sudah curiga dia penipu.

Tidak lama kemudian, penipu itu telpon di akun ibu dan saya yang mengangkatnya. Dia memantapkan kata-kata bahwa ponsel saya sedang berada ditangannya. 

Saya balik bertanya, "Nemu HP saya di mana, Mas?" dia menjawab bahwa menemukan ponsel saya sekitar situ saja. Saya bertanya kembali, "Situ mana?" Dia menjawab bahwa di Maluku Selatan. Fixed itu penipu karena saya tidak tinggal di Maluku Selatan. Saya tidak menanggapi lagi.

Tetapi selang beberapa waktu, dia mengirimkan foto ponsel yang sama persis dengan ponsel saya yang hilang. Di foto bagian belakangnya tanpa casing pengaman. Saya complain bahwa mengapa casing pengamannya dilepas. Mengapa foto bagian depan tetapi layar dimatikan jadi tidak tampak wallpaper di ponsel tersebut. Penipu itu justru marah dan berkata bahwa saya banyak tanya.

Selanjutnya dia mengatakan bahwa sedang berada di pelabuhan hendak berlayar jadi ponselnya akan dikirim saja ke alamat rumah saya. Padahal bisa saja saya ambil ke pelabuhan malam itu juga, tetapi dia menolak berdalih buru-buru hendak berlayar ke Batabual. 

Aneh sekali, Kecamatan Batabual itu tempat tugas pertama saya, tidak ada kapal ke sana, sekalipun menggunakan speed boad, beroprasinya pagi dan siang, tidak ada kegiatan penyebrangan malam. 

Saya sudah lelah, malas meladeni karena saya tahu ujung-ujungnya dia minta transfer ongkir ponsel yang diakuinya mau dikirim. Tetapi dia tetap mengontak di akun ibu saya itu, akhirnya saya lanjutkan. Dia mengirim tangkap layar pengiriman barang sebuah ponsel tetapi tanpa resi. 

Saya minta resinya, dia menginstruksikan saya untuk mengirim ongkirnya terlebih dahulu di Ekspedisi Si Cepat Namlea. Dia juga mengirimi nomor rekening yang dikauinya sebagai milik ekspedisi. 

Saya tidak bersedia mengirim walau hanya 67 ribu rupiah, saya tahu persis jika saya transfer maka memberi peluang bagi penjahat untuk mengakses rekening tabungan saya. 

Saya berdalih bahwa mesin ATM jauh. Penipu itu berinisiatif untuk membayar ongkirnya dengan syarat saya mengirim pulsa 100 ribu. Saya iyakan asal nomor resi sudah dikirim ke saya. Sampai di situ dia kehabisan akal dan berhenti.  

 Intinya, penipu itu memanfaatkan keadaan saya yang kehilangan, pasti akan merespon oknum yang mengaku menemukan ponsel tersebut. Sayangnya, orang zaman sekarang sudah tidak senaif itu.

Pertolongan pertama pada akun-akun jejaring sosial dari hackers

Ketika kesulitan masuk ke akun-akun sosial media dari perangkat lain terkendala permintaan kode verifikasi ke nomor yang hilang dan provider belum dapat menyediakan pengganti, maka pertama-tama selamatkan email.

Amankan email di perangkat lain dan log out dari perangkat yang hilang. Ganti pula nomor telepon dan email pemulihan pada fitur keamanan email. 

Tidak selamat sampat di situ, ternyata beberapa waktu kemudian email berubah sandinya. Email secara otomatis log out dari laptop saya. Untungnya di ponsel yang baru, email itu tidak keluar. Saya menditeksi email pemulihan telah diganti oleh hacker. Secepat kilat, saya mengganti email pemulihan dan lekas mengganti password-nya. 

Tidak sesederhana itu, mengganti sandi diperlukan sandi lama yang dibuat oleh hacker. Kemudian kode OTP saya kirim ke email pemulihan. Dari situlah saya dapatkan kode OTP untuk membuat sandi baru.

Setelah merasa email aman, saya mengakses Instagram, TikTok dan akun sosial media lainnya yang nyatanya telah diretas dan berganti sandi semuanya. Bermodal email yang susah payah saya lindungi tadi, saya dapat mengankes semua akun satu persatu. Saya ganti juga emailnya sekalian, juga nomor teleponnya karena sementara saya belum mendapat nomor telepon pengganti dari gerai provider.

Satu akun, saya membutuhkan sekitar satu jam untuk memulihkannya. Satu kali ganti sandi baru, masih juga ada notifikasi di email bahwa ada yang berusaha mereset akun. Bahkan notifikasi itu masuk pada pukul 02.00 dini hari. Jadi, satu akun saja, saya ubah berulang-ulang, menerapkan perlindungan dua langkah di email dan nomor pemulihan baru.

Bayangkan, ada 5 akun yang harus saya rebut kembali. Berjam-jam di depan perangkat laptop dan ponsel untuk berperang dingin dengan hacker yang terditeksi jauh keberadaannya, di Indonesia bagian barat.

 Saya yakini hacker bukan si penemu ponsel. Berjam-jam adu mekanik mempertahankan akun-akun dengan peretas berimbas pada lupa mandi dan lupa makan selama dua hari. Hanya minum susu dan berwudu ketika waktu salat.

Beruntung, akun kompasiana dan gojek tidak ikut di-hacked, tetapi untuk antisipasi, saya ganti juga sandinya. Ini akun sangat berharga di antara akun-akun lain.

Besoknya, baru saya mendatangi gerai provider untuk meminta sim card pengganti dengan nomor yang sama. Cukup sediakan KTP. Di gerai itu, diperiksa kembali nama pemilik nomor yang tertera di sistem provider. Maka sangat penting mendaftarkan nomor telepon itu sesuai nama KTP dan nomor KTP. 

Setelah diperiksa dan benar nama saya yang tertera, maka dilakukan scan KTP dan sidik jari. Setelah semuanya cocok, maka kartu baru dengan nomor lama dapat diperoleh kembali. Secara otomatis kartu lama yang hilang  terblokir. Saat itu, kuota internet masih utuh tetapi kuota telpon sudah ludes.

Pada pengalaman ini, saya tidak lagi mementingkan ponsel yang hilang, tetapi fokus kepada menyelamatkan akun-akun, email, dan nomor telepon. Sebagai pelajaran, tidak usah menyimpan hal yang paling penting di ponsel. File dan dokumen penting baiknya disalin di perangkat lain atau diunggah saya di google drive. 

Menyimpan semua hal penting di ponsel tidak direkomendasikan karena jika hilang, maka hilang pula semuanya. 

Seperti saya, banyak dokumentasi kegiatan sekolah yang lenyap karena belum sempat disalin. Begitu juga dengan dokumentasi perkembangan anak-anak, sebaiknya disalin ke perangkat lain jika tidak ingin kehilangan momen penting tersebut. Kini saya kehilangan itu.

Semoga bisa menjadi pelajaran, bahwa sepandai apapun menjaga sesuatu, manusia ada lalainya. Waspada dan menyiasati kemungkinan buruk itu perlu. Semoga kita semua dijauhkan dari orang-orang jahat.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun