Tidak sesederhana itu, mengganti sandi diperlukan sandi lama yang dibuat oleh hacker. Kemudian kode OTP saya kirim ke email pemulihan. Dari situlah saya dapatkan kode OTP untuk membuat sandi baru.
Setelah merasa email aman, saya mengakses Instagram, TikTok dan akun sosial media lainnya yang nyatanya telah diretas dan berganti sandi semuanya. Bermodal email yang susah payah saya lindungi tadi, saya dapat mengankes semua akun satu persatu. Saya ganti juga emailnya sekalian, juga nomor teleponnya karena sementara saya belum mendapat nomor telepon pengganti dari gerai provider.
Satu akun, saya membutuhkan sekitar satu jam untuk memulihkannya. Satu kali ganti sandi baru, masih juga ada notifikasi di email bahwa ada yang berusaha mereset akun. Bahkan notifikasi itu masuk pada pukul 02.00 dini hari. Jadi, satu akun saja, saya ubah berulang-ulang, menerapkan perlindungan dua langkah di email dan nomor pemulihan baru.
Bayangkan, ada 5 akun yang harus saya rebut kembali. Berjam-jam di depan perangkat laptop dan ponsel untuk berperang dingin dengan hacker yang terditeksi jauh keberadaannya, di Indonesia bagian barat.
 Saya yakini hacker bukan si penemu ponsel. Berjam-jam adu mekanik mempertahankan akun-akun dengan peretas berimbas pada lupa mandi dan lupa makan selama dua hari. Hanya minum susu dan berwudu ketika waktu salat.
Beruntung, akun kompasiana dan gojek tidak ikut di-hacked, tetapi untuk antisipasi, saya ganti juga sandinya. Ini akun sangat berharga di antara akun-akun lain.
Besoknya, baru saya mendatangi gerai provider untuk meminta sim card pengganti dengan nomor yang sama. Cukup sediakan KTP. Di gerai itu, diperiksa kembali nama pemilik nomor yang tertera di sistem provider. Maka sangat penting mendaftarkan nomor telepon itu sesuai nama KTP dan nomor KTP.Â
Setelah diperiksa dan benar nama saya yang tertera, maka dilakukan scan KTP dan sidik jari. Setelah semuanya cocok, maka kartu baru dengan nomor lama dapat diperoleh kembali. Secara otomatis kartu lama yang hilang  terblokir. Saat itu, kuota internet masih utuh tetapi kuota telpon sudah ludes.
Pada pengalaman ini, saya tidak lagi mementingkan ponsel yang hilang, tetapi fokus kepada menyelamatkan akun-akun, email, dan nomor telepon. Sebagai pelajaran, tidak usah menyimpan hal yang paling penting di ponsel. File dan dokumen penting baiknya disalin di perangkat lain atau diunggah saya di google drive.Â
Menyimpan semua hal penting di ponsel tidak direkomendasikan karena jika hilang, maka hilang pula semuanya.Â
Seperti saya, banyak dokumentasi kegiatan sekolah yang lenyap karena belum sempat disalin. Begitu juga dengan dokumentasi perkembangan anak-anak, sebaiknya disalin ke perangkat lain jika tidak ingin kehilangan momen penting tersebut. Kini saya kehilangan itu.