Mohon tunggu...
Halima Maysaroh
Halima Maysaroh Mohon Tunggu... Guru - PNS at SMP PGRI Mako

Halima Maysaroh, S. Pd., Gr. IG/Threads: @hamays_official. Pseudonym: Ha Mays. The writer of Ekamatra Sajak, Asmaraloka Biru, Sang Kala, Priangga, Prima, Suaka Margacinta, Bhinneka Asa, Suryakanta Pulau Buru

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Jatuh Cinta pada Partner Kerja: From Professional to Personal

23 Mei 2023   13:50 Diperbarui: 23 Mei 2023   15:30 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Popmama.com

Menjalin cinta terlarang ibarat sama-sama menggenggam tangan untuk mendaki gunung. Bersusah payah saling membantu untuk berhasil menuju puncak. Segala halangan yang membentang dapat bersama-sama diterjang. Namun, jangan lupa bahwa sesukses apapun mendaki gunung, tetap harus turun dan pulang.

Mencintai suami orang tak ubahnya mendaki gunung tersebut. Ada waktunya harus pulang dan bertepuk sendirian. Yang saat bersama dapat saling menggenggam, saat pulang hanya bisa bertepuk sebelah jalan.

Untuk wanita pekerja yang bahkan tidak butuh materi dari pria yang dicintai, kepiluan akan lebih kuat menyertai. Pasalnya, dia tidak memanfaatkan lelakinya untuk meraup harta. Dia hanya jatuh sebab terpaut kenyamanan yang berbeda.

Hanya saja, jangan pernah lupa risiko yang harus ditanggungnya. Bukan hanya soal perasaan yang harus menanggung luka saat tak dapat memiliki. Namun, soal sangsi sosial dan beban moral juga akan mengancam kehidupan dari segi kepercayaan dan karir.

Dipikir lagi wahai para kawan perempuan! Sejauh-jauhnya hindari mara bahaya berkedok cinta ini. Bagi yang sudah terlanjur jatuh, ayo bangkit, hidup masih panjang dan manis. Jangan buang-buang waktu untuk menyiksa diri dengan perasaan yang tidak semestinya.

Untuk kawan perempuan yang hampir terjerumus, lekaslah hengkang. Pulihkan perasaan segera. Sisi negatifnya jauh lebih berisiko dibandingkan manisnya kasmaran pada lelaki orang.

Mungkin akan merasa menang karena dapat menikmati kesetiap hariannya di kantor bersama. Tetapi ke mana ketika hari libur tiba? Bersama keluarganya, bukan? Berfoto ria, diunggah di sosial media. Hanya pedih, merasa dungu dan merasa berdosa yang didapatkan. Mau cemburu, tetapi tidak memiliki hak. Hanya selingan, mana bisa diprioritaskan.

Tanamkan dalam diri untuk menjadi professional seutuhnya. Dunia kerja dijalani sebagaimana kewajibannya. Bukan memaksa untuk mengekang perasaan, tetapi menimbang risiko di masa depan itu perlu.

Mungkin tidak separah seorang public figure yang akan dibicarakan seluruh masyarakat Indonesia, tetapi bagi orang biasa pun tidak mudah menanggung beban moralnya. Banyak di platform sosial media yang justru mengumbar kepedihan sebab terjerumus ke dalam pelukan suami orang. Kolom komentar pun dibanjiri kepiluan yang sama dengan berbagai kisah serupa. Dipikir lagi, aib menjadi rahasia umum.

Kawan perempuan, jaga diri, ya. Kita berharga. Tak apa sakit menahan perasaan sekarang, dari pada sakit menahan sangsi sosial. Tetap professional dan urusan personal lebih digaja lagi agar diri tetap sehat jiwa raga dan terhindar dari masalah-masalah dengan aura negatif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun