Mohon tunggu...
Halima Maysaroh
Halima Maysaroh Mohon Tunggu... Guru - PNS at SMP PGRI Mako

Halima Maysaroh, S. Pd., Gr. IG/Threads: @hamays_official. Pseudonym: Ha Mays. The writer of Ekamatra Sajak, Asmaraloka Biru, Sang Kala, Priangga, Prima, Suaka Margacinta, Bhinneka Asa, Suryakanta Pulau Buru

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Kau yang Broken Home, Mengapa Aku yang Broken Heart?

10 Mei 2023   16:39 Diperbarui: 10 Mei 2023   16:46 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Awalnya tidak pernah aku sadari bahwa perasaan cinta itu bisa datang tiba-tiba tanpa diduga. Selama ini yang aku tahu cinta itu adalah sebuah proses dari rasa nyaman ketika ada dan merasa kehilangan waktu tak bersama.

Namun siang itu entah rasa datang dari mana, apa mungkin dari lubuk hati yang terluka kemudian disodori sandaran dada. Tiba-tiba aku terjatuh dalam pelukmu tanpa aku rencanakan terlebih dahulu.

Berbulan-bulan aku mengenalmu dengan rasa yang beribu. Rasa peduli, persahabatan, saling support pekerjaan, yang mana bersamamu belum menjadi candu. Adakah cinta, aku berani bersumpah bahwa selama itu pula cinta tak pernah menyapa.

Tetapi siang itu tertutur dari bibir merah mudamu bahwa aku cantik, aku pintar dan tak ingin aku beranjak dulu. Reaksi perasaanmu dengan genggam tanganku dan mengecup jemariku tak mungkin berlalu dari ingatanku yang sesungguhnya aku ini pelupa.

Usapan tanganmu di kepalaku adalah keluluh lantakan yang sejati. Kau usap dengan tangan, aku merasakannya dengan hati. Dari situlah awal aku merasa ada cinta yang kau salurkan melalui setiap helai rambut, maka perasaan cinta itu aku sambut.

Ada yang ingin kukatakan tetapi tak mampu terkatakan oleh perkataan. Ingin kumenjawab bahwa aku mulai mencinta. Namun tak ada kata, hanya pelukan kutambatkan depan dada. Bahkan dekapmu masih terasa.

Aku jatuh. Tak cukup jatuh dalam dekapmu. Aku pula jatuh dalam perasaan yang kau ciptakan. Tahukan kamu bahwa aku mulai merasakan rindu saat itu?

Hanya dua hari berselang, semuanya harus hilang. Terciptalah perbincangan dari mata ke cinta. Terkejutnya aku, ternyata inti bercerita soal kau sudah ada yang punya dan mengenai trauma. Apa salahku tentang rumah tangga? Dan apa salahku soal truma terhadap orang tua yang membesarkanmu dalam kehidupan broken home?

Kau minta aku lupakan semuanya segera karena kau sudah ada yang punya. Tak ingin mengulang kisah hitam orang tuamu yang mendulang trauma. Jika kau trauma tentang sangsi moral dan sosial yang pernah menorah luka, mengapa padaku kau memulai rasa? Jika kau tahu betapa buruk akibatnya, mengapa padaku menyodorkan cinta?

"Jangan jatuh!" titahmu lirih. Kau larang aku jatuh di mana aku telah terlanjur jatuh. Bukannya mengobati luka, tapi justru melarang untuk merasa. 

Seenaknya kau menyulut segala api rasa dan akulah yang harus memadamkannya seperti semula. Ini tidak adil, Tuan. Kau yang broken home, mengapa aku yang harus broken heart?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun