Maka, di tahun 90an, saya hanya dapat memenuhi kebutuhan hobi membaca itu dari buku cetak yang sungguh terbatas. Sedangkan perpustakaan daerah Kabupaten Buru saja baru diresmikan pada tahun 2014. Jadi, sumber bacaan jelas-jelas terbatas di tahun 90an.Â
Minimnya bahan bacaan kala itu, membuat saya membaca apa saja yang dapat dibaca. Tak ada majalah anak-anak yang trend. Entah majalah anak-anak tak menjangkau daerah tempat saya bermukim atau memang orang tua tidak memiliki cukup dana untuk membeli. Atau bahkan orang tua tidak menyadari bahwa saya gila membaca.
Siapa saja di sekolah yang memiliki buku cerita, pasti saya akan meminjamnya. Sungguh kebagiaan tersendiri jika itu terjadi. Kadang saya juga membaca majalah bekas milik bibi.
Perpustakaan sekolah saat itu belum memiliki banyak koleksi buku seperti sekolah-sekolah sekarang. Hanya puluhan buku saja sudah dianggap banyak. Rasanya perpustakaan SD saat itu yang koleksi bukunya hanya terdapat di satu lemari saja, bukunya sudah habis saya pinjam dan baca. Â
Jika beruntung, orang tua akan membelikan buku pelajaran baru saat pulang dari kota. Masih lekat dalam ingatan bagaimana Emak membelikan saya buku atlas (peta dunia), saya bolak-balik membaca buku atlas dari pulau ke pulau, saya berjanji pada buku atlas bahwa kelak saya akan keluar dari Pulau Buru. Pulau Jawa, Pulau Sulawesi ditunjuk oleh jari-jemari kecil. Saya banyak menghafal ibu kota negara di dunia juga dari buku atlas tersebut.
Saya juga pernah dibelikan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kamus setebal itu, saya baca habis, yang sebenarnya bagi orang lain tidak ada sisi menariknya. Terpaksa saya melakukannya demi memenuhi hasrat baca dan tidak ada pilihan bahan bacaan lain yang dapat dinikmati.
Suatu hari Emak juga membelikan buku Intisari Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD. Entah buku tersebut telah saya baca berapa kali. Berulang-ulang, dari bagian sejarah Indonesia, geografi, ekonomi Indonesia dan masih banyak ilmu sosial lain. Berulang-ulang dibaca hingga hafal banyak hal.
Hobi membaca adalah cikal bakal naluri kaingintahuan yang saya miliki. Rasa penasaran yang harus diperjuangkan hanya sekadar ingin membaca.
Ingin menjadi penulis
Hobi membaca membawa saya memiliki buku atau bacaan kesukaan. Bacaan dengan jenis biografi sempat membuat saya tergila-gila. Pernah membaca biografi mantan presiden Indonesia kelima, Bapak Soedharmono. Buku itu dipinjam dari perpustakaan sekolah SMP. Dari buku itu, membangkitkan mimpi-mimpi besar dari seorang kecil.
 Karena sempat menggilai isi buku-buku, saya selalu salut pada nama-nama penulis yang tertera pada setiap sampul buku yang dibaca. Nama-nama itu tampak begitu berwibawa. Saya merasa akan sangat bangga jika suatu hari nama saya ada di sampul buku dan seseorang menggilai tulisan dalam buku tersebut.
Dari situlah saya bertekad untuk menjadi penulis suatu hari nanti. Berawal dari terinspirasi untuk menulis sebuah cerita kolosal saat duduk di bangku SMP, saya menulis sebuah cerita berjudul, "Sekar Andhini" di sebuah buku tulis bekas yang halaman belakangnya sisa tiga lembar.Â