Mohon tunggu...
Halima Maysaroh
Halima Maysaroh Mohon Tunggu... Guru - PNS at SMP PGRI Mako

Halima Maysaroh, S. Pd., Gr. IG/Threads: @hamays_official. Pseudonym: Ha Mays. The writer of Ekamatra Sajak, Asmaraloka Biru, Sang Kala, Priangga, Prima, Suaka Margacinta, Bhinneka Asa, Suryakanta Pulau Buru

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Tips Bahagia Menjadi Guru Honorer

16 Maret 2023   15:42 Diperbarui: 17 Maret 2023   09:59 1538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada tulisan kali ini akan lebih banyak berisi cerita pengalaman pribadi yang sempat bekerja menjadi guru honorer rentang waktu dari tahun 2011 hingga 2018. 

Rentang waktu yang cukup lama dan melelahkan sebab terus-menerus ditanya oleh orang-orang di kampung halaman, "Sudah PNS?" begitu tanya mereka setiap saya mudik lebaran.

Status sebagai guru honorer yang sebenarnya pantas-pantas saja, pekerjaan baik nan mulia, tetapi tidak dipungkiri beberapa kali mendapat cemoohan dari orang lain. 

"Honorer saja kok," kata oknum pria berseragam cokelat ketika melihat saya pulang dari sekolah. Padahal saya tidak sedang memamerkan apapun dari diri saya, tetapi masih disenggol dengan kata-kata yang dapat dimaknai meremehkan.

Sering sekali bertanya-tanya, salahnya honorer apa? Karena gaji yang umumnya tidak seberapa? Soal gaji segitu salah siapa? Sama sekali bukan salah honorernya. Jangan khawatir! Di sini saya berbagi tips agar tetap bahagia menjadi guru honorer berdasarkan pengalaman pribadi.

Terus belajar dan perbaharui pengetahuan juga kemampuan

Telah lulus kuliah, menyandang gelar sarjana dan tiba di ranah dunia kerja bukanlah akhir dari segalanya. Mendapat pekerjaan bukanlah titik pencapaian tertinggi. 

Teruslah belajar pada bidang keahlian yang sedang digeluti. Misalnya saya sebagai guru Bahasa Inggris, maka saya terus belajar keilmuan yang linier dari kursus-kursus dan pelatihan.

Belajar tidak berhenti sejak lulus kuliah saja karena ilmu di dunia ini terus berkembang pesat. Jika berhenti belajar, maka pengetahuan dan kemampuan akan sangat tertinggal. 

Walau berstatus sebagai guru honorer yang gajinya rendah, bukan berarti pengetahuan dan skill mengajar juga rendah, bukan? Fungsi guru honorer sekalipun dalam mendidik tetap setara dengan guru yang status kepegawaiannya PNS.

Foto tahun 2011 sebagai guru honorer bahagia (dokumentasi pribadi)
Foto tahun 2011 sebagai guru honorer bahagia (dokumentasi pribadi)

Waktu masih bekerja sebagai guru honorer di sebuah SMA Negeri dengan akreditas A di Kota Ambon, saya masih mengikuti beberapa kursus untuk meningkatkan kemampuan saya yang kemudian diterapkan dalam pembelajaran di kelas. 

Misalnya, kurus Vocabulary for Specific purpose di American Corner Universitas Pattimura, kursus Indonesian Massive Open Online Course 2018. 

Bahkan saya berkesempatan lolos seleksi teacher training Camp SOAR di Nusa Dua saat masih berstatus sebagai guru honorer. Terus belajar membuat saya sebagai guru honorer saat itu tetap bahagia walau dengan rupa-rupa dramanya.

Gaji rendah bukan mendeskripsikan kemampuan seseorang juga rendah. Maka dari itu tetap belajar memperbaharui pengetahuan dan kemampuan. Hingga di awal 2019 saya dinyatakan lolos tes CPNS melalui seleksi CPNS sistem Computer Assisted Test (CAT), di situlah berakhirnya status saya sebagai guru honorer. 

Pada tahun 2022 dinyatakan lulus Uji Kompetensi Mahasiswa Pendidikan Profesi Guru (UKMPPG) dari prinsip belajar dan terus belajar yang saya anut.

Membangun usaha di luar jam sekolah

Sekolah bukan satu-satunya dunia bagai seseorang yang lulus kuliah dengan gelar Sarjana Pendidikan. Saat gaji dan status diremehkan orang, coba buka pikiran untuk usaha di luar jam sekolah. Bisa jadi menjadi guru adalah impian dan panggilan jiwa, tetapi panggilan kebutuhan dan realita itu juga harus terpenuhi.

Membuka usaha di rumah atau jualan secara daring adalah peluang yang baik untuk membuat kantong guru honorer selalu bahagia. Banyak peluang usaha asal selalu kreatif dan inovatif. Pintar-pintar mencari peluang usaha dan gencar promosi.

Pengalaman saya sendiri dalam merintis usaha kecil-kecilan selama menjadi guru honorer adalah memproduksi keripik singkong. Singkong saya olah menjadi keripik beraneka varian rasa, rasa original, balado dan pedas. 

Saya tidak menjajakan sendiri keripik-keripik tersebut, tetapi saya titipkan di kios-kios dan warung makan. Tentu dapat ditebak, untung tidak banyak, tetapi lumayan untuk sekadar jajan martabak daging masih cukuplah.

Selain usaha keripik singkong, saya juga usaha berrjualan kosmetik, dimulai dari tahun 2016. Dari skincare hingga makeup. Produk-produk kecantikan itu dijual secara daring, saya tawarkan dari DM ke DM. 

Unggahan status di setiap sosial media yang saya punya menjadi lapak jualan kosmetik. Pelanggan saya bermacam-macam, dari sesama rekan guru, mahasiswa, tetangga, teman lama waktu SMA dan lain-lain. 

Saya adalah seorang beauty enthusiast jadi berjualan kosmetik seperti itu membuat saya bahagia secara mental dan finansial walau berstatus menjadi guru honorer kala itu.

Mengasah minat dan bakat

Jangan sampai pekerjaan utama melupakan minat dan bakat yang dimiliki oleh diri. Asah minat dan bakat yang dimiliki, bukankah itu juga disebut hobi? Dan melakukan hobi yang selalu dianggap menyenangkan akan membuat hati bahagia.

Jangan timbun minat dan bakat dalam-dalam atau meninggalkannya jauh-jauh. Justru minat dan bakat dapat menumbuhkan diri menjadi sesuatu yang lebih dari orang lain. Banyak saya temui guru honorer yang merangkap bekerja sebagai penyanyi karena minat dan bakatnya ada di situ.

Banyak minat dan bakat yang dapat diasah sembari menjadi guru honorer sekalipun. Misalnya bakat menyanyi, bermain musik, menjahit, menulis, memasak dan lain sebagainya.

Saya sendiri selama menjadi guru honorer mengasah kemampuan saya dalam menulis. Bukan karena saya berbakat sangat, tetapi saya minat dan menjadi hobi. Saya terus menulis walau saat itu belum percaya diri untuk mempublikasikan. 

Menulis menciptakan bahagia bagi hati dan pikiran saya, dan akhirnya saya menerbitkan buku untuk pertama kalinya di tahun 2019, status saya sudah CPNS kala itu, tetapi tulisan-tulisan dalam bukunya ditulis waktu masih menjadi guru honorer. Dan ternyata menulis adalah candu, saya tidak berhenti menulis hingga sekarang.

Beberapa tips untuk bahagia sebagai guru honorer mungkin dapat diimplementasikan dalam kehidupan sembari terus usaha menaikan status yang diinginkan. 

Setinggi apapun usaha guru honorer untuk berbahagia, tetap menjalankan kewajiban menampilkan performa maksimal sebagai guru di kelas demi mencerdaskan kehidupan anak bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun