Mohon tunggu...
Halima Maysaroh
Halima Maysaroh Mohon Tunggu... Guru - PNS at SMP PGRI Mako

Halima Maysaroh, S. Pd., Gr. IG/Threads: @hamays_official. Pseudonym: Ha Mays. The writer of Ekamatra Sajak, Asmaraloka Biru, Sang Kala, Priangga, Prima, Suaka Margacinta, Bhinneka Asa, Suryakanta Pulau Buru

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Buku Harian Saksi Kenangan dan Pelajaran yang Dipetik

12 Desember 2022   15:50 Diperbarui: 12 Desember 2022   19:50 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak kecil saya sudah akrab dengan buku harian atau biasa disebut buku diary. Ini menjadi salah satu asal usul saya menulis. 

Beberapa waktu lalu ditemukan lagi buku harian masa SMA di tumpukan buku-buku bekas. Ditepuk-tepuk dari debu, dibuka dan dibaca kembali. Isi tulisannya beragam, dari yang menggelitik hingga menguras emosi.

Kenangan dalam buku harian yang dapat dipetik pelajarannya adalah saya jadi memiliki hobi menulis, diary menjadi wadah mengingat kenangan, menjadi motivator untuk menjadi lebih baik lagi, Lebih dapat menjaga rahasia dan selalu bersyukur dengan kehidupan yang sudah dijalani.

Buku harian menjadi asal usul hobi menulis

Waktu kecil, saya memiliki kekurangan yaitu berbicara dengan gagap. Menjadi bahan olok-olok sudah didengar hampir setiap hari. Emosional sebenarnya sakit dan marah, tetapi apa boleh buat, semakin berbicara dalam emosi tinggi, semakin gagap, dan semakin jadi bahan perundungan. Maka memilih diam adalah solusi.

Amarah dan rasa kesal, dituangkan dalam kertas-kertas buku bekas (saat SD belum ada yang jual buku diary cantik di kampung saya). 

Dengan menulis, saya bebas berbicara apa saja. Bahkan saat menulis saya lupa bahwa saya adalah anak yang gagap. Semakin sering menulis mengungkapkan amarah dan emosi, saya semakin bahagia, sejak itu semakin sering menulis dan memilih buku khusus untuk menulis kegiatan sehari-hari yang temanya beragam.

Sejak itu yang ditulis jadi beragam. Bukan hanya menulis kegiatan dan emosional sehari-hari tetapi juga menulis puisi dan cerpen yang bertema angan-angan di buku yang terpisah dengan catatan harian. Waktu itu belum memiliki gadget seperti zaman sekarang, tulisan hanya ditulis tangan saja. Namun semua itu adalah batu loncatan dalam karir menulis.

Buku harian menjadi wadah pengingat kenangan

Zaman sekarang yang menjadi pengingat adalah platform sosial media yang menyediakan fitur memori untuk mengingatkan aktivitas tahunan. Sedangkan zaman dulu, buku harian menjadi alat andalan untuk mengingat memori-memori dari masa lampau. Dengan membaca buku harian, angan dibawa kembali ke masa silam di mana tulisan itu ditulis dengan segenap hati.

Bukan hanya berisi kenangan dalam bentuk verbal, tetapi juga terdapat bentuk visual seperti foto-foto yang ditempelkan di lembaran-lembaran buku. Kekurangannya dibanding sosial media adalah buku harian tak dapat memuat audio dan gambar gerak.

Buku harian mengajarkan untuk menjaga rahasia

Zaman remaja dulu, isi hati adalah perasaan yang sangat keramat. Tidak mudah mengumbar perasaan sana-sini, rasa malu masih sangat mengasai perasaan. 

Berbeda dengan zaman sekarang yang dengan vulgar mengumbar perasaan yang ditulis di sosial media. Jatuh cinta, percekcokan, amarah bahkan perceraian dijadikan konten di sosial media.

Zaman buku harian masih eksis dan digemari, buku dilengkapi dengan fasilitas gembok dan kunci, atau ada kode sandi buku seperti brankas. Semua itu demi menjaga kerahasiaan isi buku dari orang lain yang usil ingin membaca. Dari sini, bisa dipetik pelajaran bahwa buku harian mengajarkan untuk menjaga rahasia sendiri maupun rahasia orang lain.

Buku harian menjadi kenangan yang memotivasi dan bersyukur

Membuka dan membaca kembali buku harian, memotivasi pemiliknya untuk lebih baik lagi atas kekurang, keluhan atau bahkan prestasi yang pernah ditoreh. Sekaligus menjadikan rasa syukur atas semua kehidupan yang pernah dijalani. 

Jika yang ditoreh kemalangan, maka akan memotivasi agar lebih baik lagi. Begitupun jika yang tertoreh adalah prestasi yang mengagumkan, dapat menjadikan rasa syukur dalam dada dan memotivasi untuk meraih yang lebih tinggi lagi.

Demikianlah kenangan-kenangan bersama buku harian di masa silam yang kini tergantikan dengan dunia maya. Dampak positif dan negatif pasti ada, tinggal penggunanya bijak-bijak saja. Kini banyak platform menulis yang dapat dimanfaatkan untuk menuangkan isi hati dan buah pikir yang diolah menjadi tulisan yang ciamik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun