Tidak sempat lagi untuk taerus mencari buku PR tersebut, saya berangkat tanpa buku PR yang sudah saya kerjakan itu.
Saat jam agama di kelas, seseorang minta izin masuk kelas dan mengatakan bahwa Bapak saya ada di luar kelas ingin menemui saya.Â
Setelah mendapat izin keluar kelas, saya mendapati Bapak saya bersama sepedanya sedang membawa buku PR agama yang saya cari-cari paginya.Â
Ternyata buku tersebut terjatuh di kolong meja belajar dan terselip. Bapak menemukannya setelah saya sudah di sekolah.
Bapak mengayuh sepedanya dan menunda peakerjaannya untuk berternak hanya untuk mengantar buku PR agama. Sepenting itu PR untuk saya dan Bapak.
PR mengajarkan kita untuk mandiri dan tanggung jawab. Jika siswa dibebaskan dari PR, bukan berarti tak lagi memiliki tanggung jawab dan belajar mandiri.Â
Tetapi beban di sekolah akan lebih banyak dan berat lagi karena seluruh pembelajaran akan di lakukan dan diselesaikan di sekolah.Â
Seperti ini pendapat dan cerita saya mengenai drama-drama PR. Semoga dapat menginspirasi dan terketuk dengan segala kemudahan mengakses internet dan buku-buku untuk menyelesaikan PR.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H