Jadi, ada jadwal malam tertentu, di desa tertentu akan terjadi pemadaman listrik bergilir.Â
Siangnya saya harus membantu gembala sapi, jadi terpaksa mengerjakan PR pada malam hari yang sangat kurang penerangannya. Menggunakan lampu minyak/pelita, saya mengerjakan PR.Â
Masih bisa saya ingat, waktu itu PR Ekomoni kelas dua SMP. Karena terlalu tertunduk saat menulis jawaban di buku PR, anak rambut depan kening saya tersulut api lampu minyak.Â
Beruntung hanya sedikit dan saya keburu sadar bahawa rambut saya tersulut. Lekas saya padamkan rambut yang tersulut dengan handuk yang digantung di kamar. Ah, ingatan soal PR yang tak terlupakan.Â
Tetangga Guru Sangat Membantu
Sumber untuk memperoleh materi tak semudah sekarang. Jangankan internet, buku-buku di perpustakaan sekolah saja masih sangat terbatas.Â
Belum lagi orang tua saja yang hanya lulusan SD, tak banyak peangetahuan yang mereka miliki mengenai dunia pendidikan. Â
Ketika PR tak dapat dipecahkan dan tak tau harus mencari jawaban di mana, saya memanfaatkan lingkungan. Kebetulan lingkungan saya tinggal adalah komplek perumahan (rumah dinas) guru-guru SMA.Â
Jadi PR-PR saya dari SD yang tak mendapatkan pemecahan/jawaban, saya tanyakan kepada tetangga-tetangga guru. Sangat beruntung para guru bersedia meluangkan waktu untuk memberi pengarahan dan pencerahan soal PR saya.Â
Jika dibandingkan dengan zaman sekarang, mungkin para guru itu bisa disamakan dengan internet masa kini. Banyak hal yang saya tanyakan, soal apapun yang ingin saya ketahui. Beberapa dari para guru tersebut memberi saya buku-buku sebagai sumber belajar.
Bapak Mengantarkan Buku PR Ke Sekolah dengan Mengendarai SepedaÂ
Suatu pagi dengan kecerobohan yang saya sesali. Buku PR Agama saya terselip entah di mana. Malamnya sudah dikerjakan PR agama tersebut, tetapi pagi harinya ketika akan saya bawa ke sekolah, buku PR Agama tak ada di meja belajar.Â
Saat itu saya terburu-buru karena sekolahan jauh. 5 KM dan ditempuh menggunakan sepeda. Jadi, saya harus berangkat sangat pagi agar tidak terlambat.Â