Mohon tunggu...
hamamahcorner
hamamahcorner Mohon Tunggu... Guru - guru

hobi saya membaca dan topik yang saya suka membaca sejarah

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Untuk Mu Guru

25 November 2024   12:29 Diperbarui: 25 November 2024   12:45 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

guru, engkau tempat berteduh di kala kebingungan menimpa,

tempat kembali disaat kebodohan menyelimuti,

tempat bersandar dalam derita dan cobaan, 

tempat pijakan hidup yang mulia.

guru, engkau matahari yang ditunggu cahayanya,

engkau rembulan yang ditunggu keindahannya,

engkau malam yang dicari kenyamanannya,

engkau siang yang dicari semangat jiwa pengorbananmu.

guru, engkau mampu melunakkan hati yang keras,

membimbing pada jalan ilahi,

menuntun dari keterbelakangan paradigma dan mengsad yang sekian lama menyandra.

guru, engkau kepribadian yang kuat dan kokoh,

bagaikan sebuah pohon yang besar,

yang menjulang tinggi dan akarnya mengakar

dan rantingnya rindang dan dedaunannya hijau bersemi.

 indah yang memandangnya, sejuk tatapannya,

keteduhan dan ketenangan membuat hati menjadi tenang dan nyaman.

guru, engkau tak pernah lelah dalam menunjukkan pada Jalan tuhan,

tak pernah berhenti mencoba memahami kondisi dan keadaan ku,

tak pernah bosan untuk terus menggandeng tanganku menuju kebaikan.

guru, dihari yang sangat penting ini dalam hidup ku,

di hari yang sangat sakral dan penting untuk kita bersama.

dihari ini, ku ucapkan terima kasih atas segala ketulusan

dan keikhlasan yang lahir dari hati suci engkau,

hari ini adalah sebuah momentum untuk anak didik engkau

agar lebih dalam mengenal dirimu,

momentum ini mengingatkan aku tentang sosok dirimu yang penting dalam hidup ku,

tanpa momentum seperti ini,

tak akan lebih mengenal dan memahami engkau,

sejenak kita duduk bersama dalam momentum ini,

agar aku tidak lupa dan melupakan perjuangan dan pengorbanan mu,

bagaimana aku tak mengenal engkau,

sementara engkau bagian dalam hidup ku,

engkau tak kan pernah aku lupakan dalam hidup ku,

bagaimana aku bisa melupakannya

sementara perhatian mu telah mengisi ruang hidup ku,

saya sudah tak mampu menggambarkan diri mu,

begitu pentingnya dirimu dalam perjalanan hidup ku,

sekiranya mendung menggambarkan awan

yang gelap disitulah engkau manjadi penerangan.

mohon maaf dan ungkapan doa yang selalu yang teriringi dalam sanubari ku.

selamat haru guru nasional. 

by, MUHIMIN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun