Oleh : Hasibah Ahmad Fuad*
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam berdagang sepanjang hidupnya untuk mencari rezeki. Jika ditiru, orang akan mencapai kesuksesan yang besar. Lihat saja orang-orang yang masuk ke daftar orang terkaya di dunia merupakan pebisnis atau wirausahawan. Jika ingin menjadi orang sukses, cobalah untuk memupuk rasa dan insting wirausaha yang dimiliki dengan menjalankan bisnis sampingan skala kecil.
Seperti apa yang dilakukan oleh ibu dari 6 orang anak yang Bernama Ibu Dede Sa'adah (48) beliau memulai usahanya sejak beliau hijrah. Masa muda nya yang bebas dan awam masalah agama, membuat nya mencari akan kebenaran tentang agama islam. Beliau pindah dari satu masjid ke masjid lain untuk mengikuti berbagai macam kajian, beliau pernah gabung kajian di organisasi Persis, HTI, bahkan LDII, dan lain sebagainya.
Sampai suatu saat beliau mengikuti kajian dari seorang ustadzah yang bercadar bermanhaj kan salafushsholih, sebut saja namanya Ummu Amirah. Tak panjang lebar beliau berpikir, sontak menilai ustadzah tersebut dengan kata "Berlebih-lebihan dalam beragama". Hingga akhirnya ustadzah Ummu Amirah mengadakan suatu acara yang berkaitan dengan praktek menjahit.
Pada akhirnya beliau diminta untuk melanjutkan praktek menjahit nya bersama ustadzah itu di rumahnya. Sambil mengajar Taman Pendidikan Al-qur'an (TPA) dirumah tersebut. Dan beliau mendapat hidayah melalui perantara ustadzah tersebut, kini beliau sudah menutup auratnya dengan sempurna dan mengenakan cadar.
Setelah menikah, barulah beliau membuka jasa jahit di rumahnya, satu demi satu warga kampung berdatangan untuk menjahit, karena kegigihan beliau itu, sedikit demi sedikit usaha jahitannya semakin berkembang, masyarakat pun berdatangan untuk menjahit baju ke rumah beliau, hingga ketika beliau dikaruniai 6 anak, beliau berhasil membuka toko jahit sendiri di depan rumahnya.
"Alhamdulillah, meskipun usaha saya lama berkembangnya, saya masih bertahan dengan semua tahapan-tahapan usaha saya" ucapnya. Masyaallah, beliau tidak kenal patah semangat, beliau terus berusaha membantu sang suami untuk mencari rizqi dari Allah Subhhanahu Wata'ala. Meskipun omset yang ia dapatkan masih dibawah satu juta per bulan, itu semua tak membuatnya berhenti untuk terus berusaha dan berdo'a kepada sang Khaliq demi kelancaran usahanya.
Toko jahit yang beliau buka hanya dikhususkan untuk pakaian-pakaian muslim dan muslimah, untuk anak dan dewasa, beliau tidak menjahit pakaian-pakaian mini yang bisa terlihat auratnya.
Ketika ditanya kenapa hanya menjahit pakaian-pakaian syar'i, beliau menjawab "Saya tidak mau menyiapkan jembatan dosa untuk pemakainya, dan bagaimana saya mempertanggung jawabkannya di akhirat nanti? Saya hanya menjahit sambil menyi'arkan agama Allah, dan menyebarluaskan syari'at islam agar setiap muslim senantiasa menutup auratnya dengan sempurna" jawabnya.
Beliau tidak pernah takut akan rizqi yang Allah tetapkan, sampai ketika masa krisis negara diawal pandemi pun jahitannya masih saja berdatangan, dan omset nya bertambah lebih dari sebelumnya.
Bahkan, bulan kemarin beliau baru saja menjahit 75 baju seragam anak-anak TPA di kampung sebelah, dan pendapatannya mencapai hampir 15 juta. Beliau dibantu oleh 2 orang karyawan yang membantu menjahit di rumahnya, setiap pekan beliau memberi upah kepada mereka tergantung hasil jahitannya masing-masing. Dan alhamdulillah semua kebutuhan rumahnya dan keperluan-keperluan lainnya selalu dicukupi oleh Allah Subhanahu Wata'ala.
Dengan kesibukan menjahit nya sehari-hari, beliau tak pernah absen untuk mengajarkan 2 anaknya yang masih sekolah SD selama pandemi dan menyisakan waktu sore hari untuk mengajar ngaji anak-anak sekitar rumahnya, jika sibuk disore hari, maka pengajian anak-anak pun diundur seusai sholat maghrib. Dan setiap hari sabtu beliau mengisi pengajian ibu-ibu di mushalla dekat rumahnya. Masyaallah, beliau selalu menyibukkan waktunya untuk hal-hal yang bermanfaat.
Pesan penting yang didapat, bisa disimpulkan dengan 3 kata penting yang tak terpisahkan, yaitu pentingnya berusaha, berdo'a, dan bertawakkal. Serta tidak menyia-nyiakan waktu luang yang dimiliki.
Lelah, jenuh, bosan, malas, cape, adalah kata-kata yang tak jarang menghampiri kehidupan, tapi alangkah baiknya untuk melawan hawa nafsu dan tidak tenggelam dalam perasaan-perasaan negatif itu dengan terus bersemangat dalam menggapai ridha Allah Subhanahu Wata'ala.
*Mahasiswi Semester 5 Prodi Komunikasi Penyiaran Islam
STIBA Ar-Raayah Sukabumi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H