Mohon tunggu...
Halma Fadhila
Halma Fadhila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Tidak apa-apa salah, tidak apa-apa insecure, tidak apa-apa minder, asalkan sadar kalau itu semua hanya bagian dari dunia. Masih banyak kesempatan untuk menjadi lebih baik, belajar dari masa lalu, dan berdamai dengan kekurangan. Tidak ada makhluk ciptaan Allah SWT. yang tidak berguna, bahkan sesederhana mengucapkan salam, tersenyum, dan menjadi pendengar yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Film

Penyalin Cahaya: Drama-Misteri dengan Sindiran Sosial

11 Januari 2024   04:00 Diperbarui: 11 Januari 2024   04:11 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KEKURANGAN

Meski film ini banyak disukai oleh orang dan terlihat tidak ada celah, tetapi sesungguhnya di dunia ini tidak ada yang sempurna. Film ini memiliki banyak metafora dan simbol-simbol yang sulit untuk dipahami dalam sekali lihat, penonton harus benar-benar fokus, jeli, dan teliti untuk mendapatkan maknanya.

Film ini tidak hanya memfokuskan pada satu masalah saja, tapi ketika sedang fokus pada satu masalah, masalah lain langsung masuk hingga menimbulkan kebingungan penonton tehadap apa yang sebenarnya terjadi. Terdapat juga masalah yang belum terdapat penyelesaian dan baru dapat dipahami setelah menonton ulang dan mendengar pendapat dari orang lain, seperti siapa yang menyebarkan foto Suryani, makna dari salinan cahaya itu sendiri, apa yang sebenarnya terjadi dan selanjutnya terjadi pada Rama, bagaimana nasib Amin yang juga terlibat dalam mencuri data pribadi mahasiswa-mahasiswi dan menjualnya secara ilegal, makna medusa, bagaimana dengan beasiswa Suryani, dan lain sebagainya.

Film ini memiliki akhir yang kurang jelas, tapi itulah yang membuat film ini semakin terlihat menarik dan memiliki kualitas yang tinggi. Membuat penontonnya menyimpulkan sendiri apa yang disampaikan film tersebut sesuai yang mereka lihat. Film ini tidak disarankan untuk ditonton oleh anak di bawah umur. Sebab, film ini menunjukkan adegan yang kurang senonoh dan belum patut untuk dilihat oleh anak di bawah umur. Bukan hanya itu, bahasa-bahasa gaul yang digunakan dalam film tersebut banyak mengandung bahasa kasar dan umpatan yang bisa saja ditiru oleh anak-anak dan dijadikan sebagai bahasa sehari-hari.

Jadi, kepada orang tua dan orang yang lebih tua diharapakan bijak dalam mengawasi tontonan anak-anak agar terhindar dari pengaruh buruk yang secara tidak langsung datang dari sebuah tontonan. Berikanlah tontonan yang sesuai dengan umur dan tahap perkembangannya agar tidak ada yang kelebihan tindakan maupun kekurangan perkembangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun