Mohon tunggu...
Halma Fadhila
Halma Fadhila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Tidak apa-apa salah, tidak apa-apa insecure, tidak apa-apa minder, asalkan sadar kalau itu semua hanya bagian dari dunia. Masih banyak kesempatan untuk menjadi lebih baik, belajar dari masa lalu, dan berdamai dengan kekurangan. Tidak ada makhluk ciptaan Allah SWT. yang tidak berguna, bahkan sesederhana mengucapkan salam, tersenyum, dan menjadi pendengar yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Catatan Perjalanan: Tawa di Pantai Air Manis

11 Januari 2024   00:50 Diperbarui: 11 Januari 2024   01:06 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kami sudah lama merencanakan untuk menonton film bersama, karena temanku satunya pulang kampung, jadi kali ini aku berdua dulu dengannya. Kami menonton film yang lama aku nanti-nantikan semenjak posternya keluar, Saranjana Kota Ghaib dengan genre horror-adventure. Film dimulai pada pukul setengah lima. Kami menonton dengan khidmat, sesekali terkejut karena tiba-tiba muncul pocong dan backsound-nya yang menggelegar, tercengang, geram, bahkan terharu.

Balik dari bioskop pukul setengah tujuh malam, kami berkeliling kota Padang sambil menuju jalan pulang, Pantai Air Manis. Sebelum itu, kami singgah dulu ke Masjid Al-Hakim di Taplau. Ini untuk kedua kalinya aku ke sana dan masuk ke dalamnya. Masjid yang kamar mandinya membuatku terpukau karena sangat bersih dan tidak bau, begitupun mukenanya, harum dan banyak. 

Setelah menyelesaikan segala urusan di Masjid, kami berencana membeli sate untuk makan malam. Belinya tidak jauh-jauh, kebetulan ada di depan gerbang masuk masjid, jadi yang itu saja. Aku sempat menahan malu karena kakiku tidak sengaja menyenggol gerobak satenya. Temanku meletakkan motornya terlalu dekat dengan gerobak.

"Maaf, ya. Anggap aja ga pernah terjadi," ujarnya sambil tertawa yang aku balas dengan tabokan di lengannya.

Pukul delapan kami langsung pulang. Melewati Jembatan Siti Nurbaya yang begitu indah dengan lampu kelap-kelipnya, Seberang Padang, lalu memasuki kawasan Pantai Air Manis. 

Sebenarnya banyak tempat yang kami lalui, tapi karena hari sudah malam dan gelap, jadi tidak terlalu kelihatan. Perjalanan menuju rumah temanku begitu menguji iman. 

Dari yang awalnya melewati kafe-kafe dan disuguhkan dengan pemandangan laut hitam, sampai jalanan sepi yang kiri kanannya hutan. Terlebih ketika melewati kuburan. Temanku sudah menahan takut, tapi aku justru bersenandung asal.

"Ila, kamu tahu tidak kenapa aku membawa motorku sedikit kencang tadi?" tanyanya.

"Huh? Kenapa?" tanyaku balik.

"Di sana ada kuburan," bisiknya.

Aku yang mendengar itu spontan melihat ke belakang, tapi lagi-lagi tidak melihat apa-apa karena gelap. Temanku justru memekik menegurku karena ketakutan lalu motornya langsung di gas lebih kencang. Aku tidak begitu takut sebenarnya, malah aku tertawa keras. Ketika sudah memasuki daerah Pantai Air Manis, aku dibuat takjub dan merasa deja vu. Aku jadi mengingat kampung halamanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun