Keesokan harinya, Ambar kembali ke toko buku dan memberi penjelasan kepada pemilik toko. Ia menjelaskan dengan sabar bahwa hadist yang tertulis bukanlah hadist sahih. (Mushfique 2018) Pemilik toko pun tampak terkejut dan mengucapkan terima kasih atas penjelasan Ambar.
"Terima kasih sudah memberitahu saya, Nak. Saya akan berhati-hati dalam menyebarkan informasi agama mulai sekarang," kata pemilik toko dengan penuh rasa hormat.
Ambar merasa lega. Ia tahu bahwa menuntut ilmu bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk menyebarkan kebenaran. Ia melangkah pulang dengan hati yang tenang, semakin sadar bahwa setiap informasi yang kita terima harus selalu diuji kebenarannya, terutama jika itu berkaitan dengan agama.
Cerita tentang Ambar ini menggambarkan pentingnya sikap kritis dalam menerima informasi, terutama yang berkaitan dengan hadist dan agama. Sebagai seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi yang diajarkan untuk memilah dan memilih informasi, Ambar menunjukkan keteladanan dalam mencari kebenaran dan tidak mudah percaya pada sesuatu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Ambar tidak hanya bergantung pada informasi yang dia temui di papan pengumuman, tetapi ia mencari sumber yang lebih sahih dan dapat dipercaya. Dalam hal ini, ia merujuk pada kitab hadist yang sudah terjamin ke shahihannya, seperti Sahih Bukhari dan Sahih Muslim, untuk memastikan apakah informasi tersebut benar-benar berasal dari Nabi Muhammad SAW.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI