Mohon tunggu...
Haliza Tiara
Haliza Tiara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Unniversitas Muhammadiyah Yogyakarta

:)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Beri Makan Konten Instagram Lewat Gaya Hidup Narsistik

9 Januari 2024   11:11 Diperbarui: 9 Januari 2024   11:38 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kehadiran media sosial menjadi bagian hidup manusia di zaman sekarang. Perkembangan zaman menghasilkan berbagai macam media salah satunya media sosial. Banyaknya pengguna media sosial sudah menjadi bagian dari kehidupan khususnya para remaja, karena membuka banyak kemudahan untuk mengekspresikan diri. Pesatnya media sosial seperti X, Instagram, tiktok Facebook dan lainnya, ditambah dengan banyak nya fitur-fitur yang selalu di kembangkan seperti menulis dan mengunggah foto serta video. namun di sisi lain tidak luput dari dampak positif dan negatif dari perkembangan media sosial. Tidak sedikit orang yang bercerita dan memposting foto atau video melalui Instagram dengan tujuan untuk mendapatkan jumlah followers, like dan komen dari penonton akunnya. Kebanyakan penggunanya mengunggah postingan foto yang tujuannnya mendapat pujian dan untuk menunjukkan siapa dirinya.

Pada kehidupan sehari-hari sering mendengar perilaku narsis. Narsis merupakan salah satu bentuk penyimpangan kepribadian mental seseorang dimana orang tersebut memiliki mental dimana seseorang merasa berlebihan terhadap dirinya, ia merasa dirinya yang paling istimewa dibandingkan orang lain dan menginginkan segala nya agar banyak orang yang mengaguminnya. Gangguan ini sudah termasuk kedalam gangguan mental kesehatan, dimana kondisi cara berpikir, memahami keadaan dan kemampuan berhubungan dengan orang lain tidak berfungsi dengan normal. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa setiap orang cenderung mengalami gangguan ini, hanya saja tingkatannya yang berbeda. Jika hal ini dibiarkan terlalu lama maka akan menimbulkan perilaku narsis akut yang akan berimplikasi ke gangguan kepribadian.

Menggunakan Instagram dengan perilaku narsisme bisa mencakup serangkaian tindakan yang mengekspos aspek diri secara berlebihan. Posting foto atau cerita yang terlalu fokus pada penampilan fisik, pencapaian pribadi tanpa rasa bersyukur, dan kurangnya keterlibatan dengan konten yang bermakna dapat menciptakan citra yang terlalu disesuaikan dengan diri sendiri. Penting diingat untuk tetap menghargai keberagaman dalam konten dan mempertimbangkan dampaknya terhadap audiens. Keseimbangan antara berbagi bagian dari kehidupan pribadi dan menghormati orang lain di platform sosial adalah kunci. Narsisme di Instagram sering tercermin dalam penekanan pada citra kesempurnaan, mencari perhatian, dan cenderung untuk membanggakan diri. Selain itu, adu perbandingan sosial di media sosial juga dapat meningkatkan resiko kesehatan mental. Postingan foto yang diunggah secara berlebihan atau menampilkan kehidupan yang tampak ideal dengan maksud ingin mendapat validasi dari orang lain. Namun, perlu diperhatikan bahwa media sosial hanya menggambarkan bagian terkecil dari kehidupan seseorang, bukan keseluruhan. Pentingnya para followers untuk menggali nilai-nilai yang lebih dalam daripada sekedar tampilan fisik dan popularitas. 

Kebanyakan kepribadian narsistik ini dimiliki beberapa individu di dunia hiburan. Namun, tidak semua para artis memilki kepribadian ini. Beberapa alas an mungkin termasuk tekanan public untuk tampil sempurna, dorongan untuk mendapatkan perhatian dan validasi dari penggemar, serta eksposur terus-menerus di media sosial yang memperkuat citra dirinya. Industri hiburan yang kompetitif juga dapat memunculkan sifat narsistik sebagai bentuk pertahanan atau strategi untuk tetap relevan di mata publik.

Kasus narsisme dapat bervariasi dari tingkat keparahan yang ringan hingga tingkat yang lebih serius. Penderita gangguan narsistik ini biasanya kesulitan untuk menyadari bahwa mereaka mengalami gangguan narsistik, sehingga tidak banyak dari mereka yang meminta pertolongan medis dengan konsultasi ke dokter. Sehingga, mereka lebih disarankan untuk langsung melakukan pemeriksaan ke dokter ataupun psikiater. Apalagi yang telah terdeteksi mengalami gangguan jiwa yang dibarengi dengan kesedihan yang berlarut-larut. Beberapa kasus mungkin hanya mencangkup sifat-sifat narsistik yang tidak terlalu merugikan, sementara yang lain dapat melibatkan individu dengan gangguan kepribadian (Narcissistic Personality Disorder/NPD).

 Kepribadian narsistik ini menyebabkan banyak masalah di kehidupan seperti pekerjaan,hubungan maupun keuangan. Rata-rata orang yang mengalami gangguan ini jauh dari rasa bahagia dan Ketika mereka tidak menjadi pusat perhatian mereka akan merasa kecewa. Berikut menurut DSM IV 5 yang dikembangkan oleh American Psychtriatic beberapa gejala gangguan narsistik pada seseorang yakni seperti Merasa diri nya paling hebat dibanding orang orang lain. Berlebihan membanggakan bakat dengan harapan diakui banyak orang sebagai dirinya yang unggul, Percaya bahwa dirinya unik dan spesial. Sehingga hanya bisa dipahami dan bergaul dengan orang-orang yan berstatus tinggi, Memilki kebutuhan yang ekspresif untuk dikagumi, Kurang rasa empati atau tidak peduli dengan perasaan orang lain dan kebutuhan orang lain, Sering merasa iri terhadap pencapaian orang lain. 

Faktor penyebab seseorang mengalami perilaku narsistik adalah:

 a) Faktor psikologis Munculnya narsisme karena kurangnya penerimaan terhadap diri sendiri atau karena tingkat aspirasi yang tidak realistis. 

b) Faktor biologis Jenis kelamin, usia, fungsi hormonal dan struktur0struktur fisik berkaitan dengan narsisme dalam faktor biologis. 

c) Faktor sosiologis Narsisme dialami oleh semua orang dengan berbagai golongan terhadap perbedaan nyata antara kelompok budaya tertentu dan reaksi narsisme yang dialami. 

Meskipun narsisme seringkali dianggapa hal negatif, beberapa orang berpendapat bahwa ada kelebihan tertentu dalam kepribadian narsistik. Beberapa pengaruh positif terdapat rasa percaya diri yang tinggi, ambisi dan kemampuan untuk memotivasi diri sendiri. Namun, keseimbangan antara kepercayaann diri yang sehat dan perilaku narsistik yang merugikan adalah kunci. 

Untuk mengurangi gangguan narsistik pada kalangan remaja maupun orang dewasa perlu kebijakan pemerintah dalam menangani secara komprehensif dari berbagai pihak seperti pihak sekolah untuk segera mengadakan pembinaan secara terkoordinasi dari pihak sekolah dan masyarakat serta pihak lainnya yang bersangkutan untuk bersama-sama dalam menangani kasus narsistik. Melakukan konseling terapi realistis untuk mengurangi gejala perilaku narsistik, tujuan dari terapi realistis yang merupakan mengajak konseling untuk memahami dunia nyata juga selaras sebab remaja dengan kecenderungan narsis memiliki fantasi yang tidak terbatas yaitu suka mengkhayal. Konselor ini juga berfungsi sebagai bimbingan dengan cara-cara yang dapat membantu konseling menghadapi kenyataan dan memenuhi kebutuhan dasar konseling tanpa merugikan dirinya sendiri maupun orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun