Farmasis atau apoteker jugan dituntut untuk menanamkan nilai-nilai kejujuran atas ilmu yang ia miliki, karena bukanlah tidak mungkin jika seseorang yang memiliki ilmu yang tinggi namun tidak memiliki nilai-nilai kejujuran maka yang ada hanyalah membawa  bencana. Mengapa dikatakan demikian? Karena saat ini penyalahgunaan obat-obatan tidaklah pernah habis menjadi bahan perbincangan dan sudah merupakan kasus yang "mewaabah" di Indonesia.Hal ini akan menjadi penghalang.  Selain dibutuhkannya penaman nilai-nilai moral dari seorang farmasis agar dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat luas tentang betapa pentingnya kesehatan dan bahanyanya obat-obatan terlarang.  Sementara yang biasa dilakukan oleh seorang farmasis  selanjutnya adalah bekerja sama dengan dengan sector-sektor kesehatan lainnya, dan farmasi dituntut untuk dapat melakukan pekerjaan sinergis bersama dokter dan perawatan agar tercapai tujuan yang diinginkan. Karena jika ingin berkaca di luar negri disana farmasi memiliki tingkatan yang bias dikatakan sejajar dengan dokter, yang dimana di Indonesia kesadaran masyarakat akan pentingnya farmasis masih kurang.
Tanggung jawab seorang Apoteker dan farmasisn yaitu untuk melakukan pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) di apotek untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap sediaan farmasi dalam rangka pemiliharan dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat, juga untuk melindungi masyarakat dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan sediaan farmasi yang tidak tepat dan tidak memenuhi persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan. Menjaga rahasia kefarmasian di industry farmasi dan di apotek yang menyangkut prduksi, distribusi dan pelayanan dari sediaan farmasi termasuk rahasian pasian.
Nah sekarang kita masuk sejarah revolusi 4.0 !!!
Sejarah revolusi dimulai dari industri 1.0, 2.0, 3.0, hingga industri 4.0. Fase industri merupakan real change dari perubahan yang ada. Industri 1.0 Â yang ditandai dengan mekanisme produksi untuk menunjang efektifitas dan efisiensi aktivitas manusia, industri 2.0 ditandai dengan dicirikan oleh produksi massal dan standarisasi mutu, industri 3.0 ditandai dengan penyesuaian massal dan fleksibilitas manufaktur berbasis otomasi dan robot.Â
Industri 4.0 selanjutnya hadir menggantikan industri 3.0 yang ditandai dengan fisik dan kolaborasi manufaktur. Istilah industri 4.0 . Â
Industri 4.0  yang sebagai mengubah cara beraktivitas manusia dalam skala, ruang lingkup, kompleksitas, dan transformasi dari pengalaman hidup sebelumnya. Manusia bahkan akan hidup dalam ketidak pastian  global, oleh karena itu manusia harus memiliki kemampuan untuk memprediksi masa depan yang berubah sangat cepat.Â
Tantangan industri 4.0 membutuhkan revitalisasi sistem pembelajaran yang meliputi: kurikulum dan pendidikan karakter, bahan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi, kewirausahaan, penyelarasan dan evaluasi. Penguatan dari bahan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi, kewirausahaan, penyelarasan dan evaluasi. Penguatan dari berbagai elemen membutuhkan gerakan kebaruan untuk merespon era industri 4.0 . Salah satu gerakan yang dicanangkan oleh pemerintah adalah gerakan literasi baru sebagai penguat bahkan menggeser gerakan literasi lama.Â
Nah itulah penjelasaan singkat dari saya tentang peran apoteker dan farmasis di era revolusi 4.0 . Mohon maaf apabila ada kesamaan kata atau kesalahan dalam penulisan. Adapun Kata motivasi  dari saya yaitu "Janganlah pernah menyerah ketika anda masi mampu beusaha lagi. Tidak ada kata berakhir sampai anda berhenti mencoba. Sekian dan terimasih.  Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI