Menjadi anggota penelitian dan pengembangan (Litbang) atau R&D (Research and Development).
Bertugas dibagian produksi farmasi.
Bertugas dibidang informasi ilmiah dan masalah perundang-undangan farmasi.
Bertugas dibidang promosi, informasi, dan pelayanan obat.
Bertugas dibidang penjualan (sales) dan pemasaran (marketing) obat.
Keberadaan apoteker diapotek tidak hanya terkait dengan permasalahan obat, apoteker juga dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilakuagar dapat menjalankan profesi secara professional dan berinteraksi langsung dengan pasien, termasuk pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien yang membutuhkan. Apoteker juga harus memahami dan mengert serta menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan, mengidentifikasi, mencegah, mengatasi masalah farmakoekonomi, dan farmasi social. Â
Sekarang, membahas tentang apoteker sebagai penanggung jawab produksi !!!
Penanggung jawab produksi atau kepala bagian produksi/maneger produksi hendaklah seorang apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman yang praktis paling sedikit 5 tahun bekerja dibagian produksi pabrik farmasi, memiliki pengalaman dan pengetahuan dibagian pembuatan obat dan perenncanaan produksi, pengetahuan mengenai peralatan yang digunakan dalam pembuatan obat, penguasan bahasa asing yang baik, serta keterampilan dalam kepemimpinan yang dibuktikan dengan adanya sertifikasi lembaga yang ditunjuk. Apoteker juga sebagai penanggung jawab pengawasan mutu quality control . Pengawasan mutumerupakan bagian yang penting dari CPOB untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Pengawasan mutu hendaklah mencakup semua kegiatan analitik yang dilakukan di laboratorium, termasuk pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujiaan bahan awal.
Dokumentasi dan prosedur dan pelulusan yang dapat diterapkan bagian pengawasan mutu hendaklah menjamin bahwa pengujian yang diperlukan telah dilakukan telah dilakukan sebelum bahan digunakan dalam produksi dan produk disetujui seblum didistribusikan. Personil pengawasan mutu hendaklah memiliki akses ke area produksi untuk melakukan pengambilan sampel dan penyelidikan bila diperlukan.
Peran dan fungsi apoteker di rumah sakit, Apoteker memiliki peran yang sangat penting dalam mendampingi, memberikan konseling, menbantu penderita mencegah dan mengendalikan komplikasi yang akan timbul, mencegah dan mengendealikan efek samping obat, menyesuaikan regimen dan dosis obat yang harus dikonsumsi penderita merupakan tugas profesi kefarmasian.Apoteker juga harus dapat melaksanakan fungsinya sebagai clinical pharmacist, harus mendampingi para  dokter sebagai sumber informasi mengenai perkembangan baru dalam bidang obat dan menjadi counterpart dalam bidang pengobatan dan pengawasan supaya pengobatan yang dilakukan para dokter tetap rasional.  Meningkakan upaya kesehatan seperti sarana kesehatan yang bermutu, jangkuan dan cakupan pelayanan kesehatan, penggunaan obat generic dan obat tradisional dalam pelayanan kesehatan, penggunaan obat secara rasional, Pemanfaatan pelayanan promotif dan prenventi, biaya kesehatan di kelola secara efesien dan ketersediaan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan.
Dalam pelaksanaan praktek apotek yang baik diperlukan keterlibatan langsung apoteker dalam menyalurkan obat-obat dengan mutu yang terjamin, memberikan informasi tentang obat , dan membantu monitoring efek dari obat. Tujuan pengembangan apoteker di era revolusi 4.0 adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat setiap orang agar peningkatan kesehatan masarakat dapat terwujudkan yang akan ditandai dengan perilaku masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang dapat dilihat dari lingkunganya yang bersih dan sehat. Sebagai seorang farmasis, kita memiliki peran yang sama pentingnya mewujudkan farmasis, yang bekerja sama dengan dua sector kesehatan lainnya, yaitu dokter dan perawat yang harus menjalin kerja sama yang saling menguntungkan. Peran seorang farmasis memang tidak bias lepas dari obat-obatan, namun pada zamaman sekaran, seorang farmasi harus memiliki kompoten dalam melakukan pelayanan kesehatan. Farmasis atau apoteker yang selama ini selalu diasosiasikan dengan penjualan obat-obatan harus bekerja keras untuk mengubah pola piker atau mindset masyarakat tentang seorang farmasis dituntut untuk dapat menjadikan apotek sebagai tempat konsultasi obat-obatan, dimana seorang apoteker melayani konsumen dengan memberikan diagnose dari kekeluhan konsumen dan memutuskan obat yang cocok untuk konsumen.Â