Mohon tunggu...
Halis Idris
Halis Idris Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lelaki Bodohku

7 Februari 2018   06:21 Diperbarui: 7 Februari 2018   06:28 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku juga agak setuju dengan itu. Kenapa tidak seutuhnya setuju.  Karena,  banyak juga yang berhasil mencapai tujuan mereka dengan masuk dalam sebuah instansi pendidikan seperti kampus ini. Tapi aku beruntung, orang tuaku menginginkan aku berada di sana. Mereka takut jika aku tidak akan bisa bersaing di masa depan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak begitupun dengan sektor kehidupanku yang lainnya. 

Aku menuruti mereka, karena rasa sayangku pada mereka.  Aku ingin mereka merasa tenang dan lega menjalani hari-hari mereka. Aku sendiri punya mimpi menjadi aktris dan kampus bukan alat untuk mencapainya. Tidak ada satupun alat untuk mencapainya, bukan berarti tidak akan bisa dicapai.  Tidak ada yang instan dalam dunia ini,  makanya tidak ada satu alatpun yang bisa membuat sebuah mimpi bisa dicapai dengan instan.  

Mimpiku tergantung dari usahaku dan bagaimana aku ingin tetap berproses. Karena segala yang dicipta ( dari tiada menjadi ada) melalui sebuah proses, di sebut proses penciptaan. Dan aku ingin menciptakan mimpiku dengan proses serta harapan restu dari orang tua dan tuhan pastinya. Dan aku akan terus berproses sampai tiba waktunya.

Lalu tentang kekasihku Rifki. Aku sangat bingung untuk menempatkannya seperti apa lagi dalam hidupku. Dia telah kembali kepada dirinya yang dulu. Tapi,  aku tidak bisa lagi. Dan rencanaku,  adalah mengakhiri hubungan kami.  Hal itu sudah kulakukan,  dan sekarang dia telah menjalin hubungan dengan wanita lain setelah seminggu kami berpisah.  Hal itu juga yang membuatnya bahagia. Sedang aku sendiri dekat dengan Dani, vokalis dari band kembaran bodohku. 

Aku bukan tertarik lalu dekat dengannya karena sebuah rasa suka ataupun cinta.  Aku tertarik,  karena kami sama-sama punya minat seni dan berencana untuk meraih mimpi kami bersama-sama. Termasuk Randi sang pecinta sejati. Orang yang cukup bodoh menurutku,  tapi selalu membuatku malu dan kagum jika melihat keteguhan serta keyakinan cintanya. 

Lalu kapan lelaki bodohku akan sadar akan hal itu. Sudah setahun aku berada negeri ginseng ini untuk menyelesaikan pendidikan Masterku. Tinggal enam bulan lagi, aku akan kembali ke tanah air.  Apakah waktu itu cukup untuk membuatnya menyadari kebodohnya lalu mencariku dan bersedia menjadi bodoh dan memalukan sepertiku. Meski pernah patah hati yang tidak pernah di patahkannya. Sampai hari ini,  aku masih mencintainya.

" ayo sayang. taksinya sudah menunggu diluar" Dani baru saja tiba.

Aku memintanya untuk menjempuku di cafe ini. Karena aku merasa tidak enak badan dan cuaca di kota busan sangat dingin. Salju mulai turun hari ini,  salju pertama di tahun ini. Pada kesempatan berikutnya,  aku mungkin akan menulis tentang salju dan suamiku Dani.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun