Mohon tunggu...
Halis Idris
Halis Idris Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Waktu yang Diam Itu

12 November 2017   05:56 Diperbarui: 12 November 2017   06:03 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku selalu melihat kupu-kupu yang terbang dari satu bunga ke bunga yang lain.

Kupu-kupu yang dulu kita ajak berbicara soal cinta ternyata adalah kunang-kunang.

Aku baru tahu ketika kedewasaan atau mungkin sadar akan kebenaran waktu yang membentuk pola hidup yang tidak bergerak.

Lambat sekali, seperti  senyummu yang memudar di ambang desahan nafasmu.

Kunang-kunang itu ikut memudar.

Bukan sebuah kesalahan, sebab kenyataannya kau bahagiBukan sebuah kesalahan, sebab kenyataannya kau bahagia.

Ditepi ranjang kehidupan ini, kutemui kembali kupu-kupu itu.

Menjelma merak, membawa lentera di parunya.

Sehingga sebagian tapak kakiku terlihat dan bayang yang cukup setia menemani.

Malam makin menawarkan kesunyiannya.

Saat bayangmu memudar dan  tapak kaki yang mendahuluiku seolah menunjuk arah kepadanya.

Siapa?

Dimana?

Mengapa?

Pertanyaanku makin tidak tahu arah.

Tapi beruntungnya dikau masih terus menata rapikan.

Purnama!

Aku melewatinya lagi.

Hilanglah jejak!

Hilang kesempatan menikmati senyum indahmHilang kesempatan menikmati senyum indahmu.

Dan sebuah kisah, apakah mampu menggerakkan  waku yang diam itu?

Sabah, 09/07/2017.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun