Merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2019 jumlah angkatan kerja sebanyak 136,18 juta orang, naik 2,24 juta orang disbanding Februari 2018.Â
Dalam setahun terakhir, pengangguran berkurang 50 ribu orang, sejalan dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang turun menjadi 5,01 persen.Â
Meski demikian, angka pengangguran terbuka di kota yang sebesar 6,3 persen masih lebih tinggi disbanding desa yakni 3,45 persen. Melihat dari data tersebut memang terjadi penurunan angka pengangguran di Indonesia saat ini, namun pada praktik di lapangannya masih banyak orang -- orang lulusan SMK maupun memiliki tingkatan pendidikan sarjana masih menjadi pengangguran.
Dalam menganalisis permasalahan tersebut perlu kita lihat terlebih dahulu bahwa dalam era pembangunan ekonomi saat ini kualitas lebih diutamakan dibandingkan kuantitas.Â
Apabila ditelaah lebih lanjut untuk mengatasi permasalahan angka pengangguran yang berdampak pada menurunnya kualitas sumber daya manusia tentu tidak terlepas dari system pendidikan yang ada di Indonesia.Â
Seperti yang kita ketahui pendidikan di Indonesia saat ini hanya terfokus pada pengajaran teori -- teori saja pada siswa maupun mahasiswa. Sedangkan tidak semua teori berbanding lurus dengan realita di lapangan.Â
Sehingga perlu adanya suatu perbaikan yang mana Pendidikan tidak hanya mengajarkan teori saja tetapi juga teknis bagaimana menghadapi permasalahan di lapangan.Â
Selain itu, mata kuliah ataupun mata pelajaran kewirausahaan yang digaungkan sejak dulu perlu mendapat perhatian serius karena hingga saat ini penulis melihat dan merasakan bahwa kewirausahaan tersebut hanya diajarkan sekadarnya saja.Â
Padahal apabila sejak tingkat sekolah dasar pelajar di Indonesia sudah diajarkan mengenai hal tersebut maka ke depannya akan banyak pebisnis -- pebisnis Indonesia yang memiliki lapangan usaha sehingga mampu menarik para pengangguran untuk bekerja.
Keberlanjutan dari meningkatnya kualitas sumber daya manusia adalah meningkatnya tingkat investasi baik investor domestik maupun luar negeri.Â
Hal ini dikarenakan para investor sangat membutuhkan sumber daya manusia yang memiliki kualitas dan kapabilitas sehingga mampu mengeksekusi investasi yang mereka tanamkan.Â