Mohon tunggu...
Halim Pratama
Halim Pratama Mohon Tunggu... Wiraswasta - manusia biasa yang saling mengingatkan

sebagai makhluk sosial, mari kita saling mengingatkan dan menjaga toleransi antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjaga Semangat Pancasila dalam Bermedia Sosial

27 September 2019   23:18 Diperbarui: 27 September 2019   23:27 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjaga Pancasila - jalandamai.org

Belakangan ini ujaran kebencian masih terus terjadi di media sosial. Unjuk rasa yang dilakukan oleh ribuan mahasiswa, juga masih saja diselimuti informasi bohong alias hoaks. Bahkan pesan kebencian juga masih saja kita temukan.

Akibatnya, masyarakat yang tingkat literasinya rendah, akan sulit membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Masyarakat juga akan menggunakan kaca mata kuda, dalam melihat sebuah persoalan.

Aksi mahasiswa yang dilakukan kemarin, murni bentuk ekspresi dari mahasiswa tentang para wakil rakyat, yang dianggap tidak pernah mendengarkan suara rakyat. Unjuk rasa yang menentang pengesahan beberapa rancangan undang-undang itu, banyak berujung ricuh di berbagai tempat.

Keesokan harinya, setelah mahasiswa menggelar unjuk rasa, gliran anak-anak SMA yang berunjuk rasa, dan juga berujung ricuh. Belakangan diketahui, mobilisasi anak-anak sekolah dari pinggiran Jakarta tersebut, dipicu adanya pesan berantai yang mereka dapatkan di grup wa, ataupun yang berkembang di media sosial.

Mari kita jaga negeri ini dari segala pengaruh buruk, termasuk penyebaran informasi hoaks dan kebencian di media sosial. Indonesia akan berkembang menjadi negara yang tentram, jika penduduknya tidak saling mencaci dan menebar kebencian.

Dalam menyikapi unjuk rasa mahasiswa saja misalnya, sudut pandangnya sudah bermacam. Ada yang menyalahkan pemerintah, menyalahkan DPR, mendukung mahasiswa, bahkan ada juga yang menyalahkan sistem demokrasi.

Dalam kondisi yang saling menyalahkan inilah, bibit intoleransi dan radikalisme itu akan begitu mudah berkembang di tengah masyarakat.

Indonesia merupakan negeri yang sangat toleran dan mengedepankan kemanusiaan. Negeri adalah negeri yang sangat menghargai dan menghormati. Bukan negeri yang saling terus menebar ketakutan dan kejelekan.

Tidak ada satupun tradisi di negeri ini, yang sepakat untuk menebar kejelekan. Bahkan, ketika terjadi perselesihan, negeri ini mempunyai tradisi melakukan musyawarah untuk mendapatkan mufakat.

Nilai-nilai itulah yang kemudian diadopsi dalam sila-sila Pancasila. Bahwa memanusiakan manusia sebenarnya penting. Namun satu hal yang lebih penting adalah mengakui adanya Tuhan, seperti yang dijelaskan dalam sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa.

Ingat, bibit radikalisme saat ini terus berkembang di Indonesia dengan bermacam cara. Sadar atau tidak, penyebaran bibit kebencian dan hoaks di media sosial saat ini, merupakan bagian dari penyebaran propaganda radikalisme.

Jika di antara kita terprovokasi, maka kebencian dalam diri akan semakin menguat dan menguat. Ketika penguatan itu tidak terkontrol, disitulah radikalisme dan intoleransi akan mudah masuk dan menyebar dalam pikiran. Ketika dari dalam pikiran sudah radikal, maka segala ucapan dan perilaku yang keluar pun juga akan mudah menjadi radikal.

Untuk itulah, perlu komitmen dari semua pihak untuk tidak lagi bertutur dan berperilaku yang tidak mencerminkan semangat Pancasila. Ingat, Pancasila merupakan falsadah dan dasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sudah semestinya, setiap warga negara, entuk itu anak, remaja dan dewasa, tidak mengeluarkan pendapat dan perilaku yang menyesatkan. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun