Bagaimana Pengaruh Self-Efficacy terhadap Work-Life Balance?
Work-Life Balance adalah situasi di mana tanggung jawab pekerjaan dan kegiatan lain di luar pekerjaan dapat berjalan dengan seimbang. Anggota Polri  diharapkan memiliki tingkat Work-Life Balance yang tinggi agar tidak menimbulkan konflik peran sebagai anggota keluarga dan sebagai Anggota Polri. Work-Life Balance dapat dicapai ketika kebutuhan kerja dan kebutuhan keluarga tidak menurunkan prestasi kerja atau menimbulkan masalah rumah tangga, yang pada gilirannya dapat menciptakan stres terkait pekerjaan (Dhamayanti, 2006).
Pencapaian Work-Life Balance juga dipengaruhi oleh faktor internal, salah satunya adalah self-efficacy. Menurut Bandura (Feist, 2013), efikasi diri adalah keyakinan individu terhadap kemampuannya untuk mengendalikan diri dan lingkungannya. Seorang individu dengan tingkat efikasi diri yang lebih tinggi cenderung lebih puas dengan pekerjaan dan kehidupan mereka.
Individu dengan tingkat efikasi diri yang tinggi seringkali lebih percaya diri dengan kemampuannya untuk menyelesaikan tugas-tugas yang sulit. Individu dengan tingkat efikasi diri yang tinggi juga lebih percaya diri akan kemampuannya membagi waktu untuk keluarga dan karirnya dengan baik, serta kemampuannya dalam menangani masalah yang timbul (Nurtjahjanti, et al., 2012). Ini berarti bahwa individu dengan tingkat efikasi diri yang lebih tinggi memiliki Work-Life Balance yang lebih baik.
Bagaimana Pengaruh Self Efficacy terhadap Stres Kerja?
Teori self-efficacy dikembangkan oleh Albert Bandura (1997). Penulis teori menganggap bahwa self-efficacy adalah jenis evaluasi kognitif yang dilakukan setiap individu atas kompetensinya sendiri. Oleh karena itu self-efficacy adalah penilaian individu atas kapasitasnya sendiri dalam mengatur dan menyusun aktivitasnya untuk mencapai beberapa hasil.
Menurut Bandura (1997) akar keyakinan kita tentang self-efficacy kita diwakili oleh beberapa proses evaluasi dan persuasi yang termasuk dalam struktur mereka evaluasi kognitif informasi yang kita miliki tentang self-efficacy kita.
Dalam teori sosial-kognitif, self-efficacy dipandang sebagai sumber daya yang berkaitan dengan studi kepribadian dan kerentanan stres. Teori ini difokuskan pada relevansi proses kognitif pada tingkat emosional serta pada tingkat perilaku.
Interaksi individu dengan lingkungan membawa pada respon fisiologis, evaluasi kognitif, jawaban sosial dan motivasi. Jika individu mempersepsikan suatu stimulus tertentu sebagai ancaman, maka ia akan mengintensifkan reaksi emosionalnya yang akan menimbulkan keadaan stres.
Self-efficacy merupakan cara untuk mengendalikan emosi individu yang dapat membawa banyak keuntungan di bidang stres. Self-efficacy dapat menjelaskan kerentanan yang kita tunjukkan ketika menghadapi situasi stres, tetapi juga dapat menjadi bantuan untuk aktivasi kognitif teori stres (CATS) melalui kemiripan konseptual mengenai mekanisme antisipasi untuk hasil osilasi dari suatu tindakan.
          Â