Gusti Biang "Apa katamu leak? Wayan akan memutar lehermu"
Gusti Biang"Jangan berbantah denganku. Kau sudah tua dan rabun, lubang telingamu sudah ditempati kutu
busuk. Kau sudah tuli, malas dan suka berbantah, cuma bias bergaul dengan si belang. Kau
dengan itu kuping tuli?"
Wayan"Wayan tidak mau kehilangan tongkat dua kali".
Gusti Biang"Pergi! Pergi bangsat! Angkat barang-barangmu. Tinggalkan rumah suamiku ini. Aku tak sudi memandang mukamu!"
Gusti Biang "Pergi leak! Jangan kau menggangguku lagi. Pergi!"
Gusti Biang "Tidak! Sudah kuusir leak-leak itu! Aku sudah dihina, diinjak-injak!"
Gusti Biang "Pergi Leak, jangan mengotori rumah suamiku".
      Kutipan diatas menggunakan gaya bahasa sarkasme karena mengandung celaan yang sanagat kasar. Dari sini dapat di gambakan bahwa sikap Gusti Biang sangat bertolak belakang dengan kebangsawanannya.
PersonifikasiÂ
Gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau tidak bernyawa.
Gusti Biang "Sakit gede, seumur hidupmu. Kalau akhirnya aku mati karena racunmu, awas-awaslah, rohku akan membalas dendam. Aku akan diam di batang-batang pisang dan di batu-batu besar, dan akan mengganggumu sampai mati. Tiap malam, bila malam bertambah malam. Setan, pergi kau, pergi. Sebelum kulempar dengan tongkat ini, pergi !
      Potongan percakapan yang digaris bawah menggambarkan pemanfaatanpersonifikasi pada benda mati seakan akan hidup atau bernyawa.
Hiperbola
Pernyataan yang berlebihan dengan membesarkan sesuatu hal.
Gusti Biang"Sakit gede, seumur hidupmu. Kalau akhirnya aku mati karena racunmu, awas-awaslah, rohkuakan membalas dendam. Aku akan diam di batang-batang pisang dan di batu-batu besar, danakan mengganggumu sampai mati. Tiap malam, bila malam bertambah malam. Setan, pergi kau, pergi. Sebelum kulempar dengan tongkat ini, pergi!
      Dalam potongan percakapan yang digaris bawah ditunjukkan dengan adanya sebuah peristiwa yang berlebihan yang awalnya hal kecil menjadi besar.