SimileÂ
Gaya bahasa perbandingan yang bersifat eksplisit yang menyatakan sesuatu sama dengan gal yang lain. Simile sebuah sarana retorika yang paling sederhana karena membandingkan suatu hal dengan hal lain.
Nyoman "Lebih dari sepuluh tahun tiyang menghamba di sini. Bekerja keras dengan tidak menerima gaji. Kalau tidak ada Bape Wayan sudah lama tiyang pergi dari sini. Selama ini tiyang telah membiarkan diri diinjak-injak, disakiti, dijadikan bulan-bulanan seperti keranjang sampah. Tidak perlu rentenya, pokoknya saja. Hutang Gusti Biang kepada tiyang, sepuluh juta kali
sepuluh tahun. Belum lagi sakit hati tiyang karena fitnahan dan hinaan Gusti. Pokoknya melebihi harta benda yang masih Gusti miliki sekarang. Tapi ambilah semua itu sebagai tanda bukti yang terakhir"
Gusti Biang "Aduh cantiknya Gusti Biang. Seperti seekor burung merak. Seperti lima belas tahun lalu ketika tiyang masih kecil dan sering duduk di pangkuan Gusti. Masih ingtkah Gusti?"
Gusti Biang "Bedebah! Anjing ompong! Setelah mengusir dia aku akan mengutuk kau, biar ,mati kelaparan di pinggir kali."
Wayan "Daripada makan batu lebih baik tinggal di sini, makan minum cukup, ada radio, bisa nonton film India."
Nyoman "Tapi kalau tertekan seperti binatang? Dimarahi, dihina, dipukul seperti anak kecil!
      Pemilahan kata "dijadikan bulan-bulanan seperti keranjang sampah" pengarang menggambarkan wayan sebagai objek penderita yang tak berguna. Demikian dengan kata "seperti seekor burung merak". Pada penggunaan simile ini membuat percakapan lebih menarik.
SarkasmeÂ
      Suatu acuan yang lebih kasar yang mengandung kepahitam dan celaan yang getir
Gusti Biang "Kejar setan itu, putar lehernya! .. Kejar dia goblok!Gusti Biang"Begundal itu! Masukkan dia ke gudang!"
Gusti Biang"Bedebah! Anjing ompong! Setelah mengusir dia aku akan mengutuk kau, biar, matikelaparan di pinggir kali".
Gusti Biang "Dasar penjilat! Kuberhentikan kau sekolah karena kau main mata dengan guru dantukangkebun sekolahitu"