Gusti Biang "Pergi! Pergi bangsat! Angkat barang-barangmu. Tinggalkan rumah suamiku ini. Aku tak sudi memandang mukamu!"
Gusti Biang "Setan! Setan! Kau tak boleh berbuat sewenang-wenang di rumah ini. Berlagak mengatur orang lain yang masih waras. Apa good, good apa? Good bye!"
Nyoman"Cukup! Cukup! (Berlari mengelilingi meja)"
      Kata yang diberi garis bawah termasuk gaya bahasa repetisi epizeuksis karena karena bunyinya diulang berturut-turut. Dialog ini juga menceritakan tokoh Gusti Biang adalah seorang perempuan yang sombong dan rendah memandang orang lain sehingga orang lain takut terhadapnya.
Repetisi AnaforaÂ
Gaya bahasa perulangan yang berujud perulangan kata pertama pada setiap baris atau kalimat berikutnya.
Gusti Biang "Lubangnya terlalu kecil. Benangnya terlalu besar, sekarang ini serba terlampau. Terlampau tua, terlampau gila, terlampau kasar, terlampau begini. Sejak kemarin aku tidak berhasil memasukkan benang ini. Sekarang mataku berkunang-kunga. Oh, barangkali toko itu sudah menipu lagi. Atau aku terbalik memegang ujungnya? Wayaaaaaan..
      dalam dialog yang digaris bawah menggunakan gaya bahasa repetisi anaphora karena adanya pengulangan. Pengulangan tersebut terdapat pada kata "terlampau, terlampau" dalam hal itu menimbulkan gambaran kekesalan tokoh pada tokoh lain.
Repetisi syimplocheÂ
Perulangan pada awal dan akhir beberapa baris atau kalimat berturut turut.
Gusti Biang "Ya! Leak itu tidak boleh masuk rumahku ini. Setan tua itu juga! Biar mati dua-duanya sekarang! Kalau kau mau ikut pergi terserah. Aku akan mempertahankan kehormatanku. Kehormatan suamiku, kehormatan Sagung Rai, kehormatan leluhur-leluhur di puri ini."
      Kata "Kehormatan" pengulanan kata pada awal dan akhir yang menegaskan bahwa tokoh tersebut sangat mempertahankan harga diri kehormatan sebagai istri bangsawan.