Mohon tunggu...
Halimatus sadiah
Halimatus sadiah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa unikama

mahasiswa kknt unikama

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Wanita Kuat

11 Juni 2022   15:17 Diperbarui: 11 Juni 2022   15:18 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ibu adalah wanita tangguh, kuat tegar. Ia adalah sosok wanita yang sangat sabar. Melahirkan 2 anak yang saat ini telah bertumbuh dewasa. Ia bekerja untukku dan adikku. Ia adalah tulang punggung keluarga. Suatu hari terjadilah kecelakaan pada ibu ku. Kala itu aku kelas 2 SMA, aku tinggal di asrama sementara adikku di pesantren.

Aku : kenapa nenek lagi yang menyambangi ku ? Ibu kemana ? Sudah berminggu minggu ia tidak menyambangi ku.

Nenek : ibu sedang kerja, dan belum bisa pulang untuk minggu ini

aku : baik lah nek.

tidak ada firasat buruk di batinku. Setelah sekian hari teman ku berkata :

Arisa "kamu gak pengen pulang ?"

Aku : kenapa sa ? 

Arisa "nggak papa, Cuman tanya aja. Kamu gak kangen kakek mu atau siapa gitu

aku : gak si

setelah percakapan itu, tiba tiba aku melihat suatu berita Sosmed yang memang khusus kota ku. Aku baca aku teliti tertera nama ibuku. Seketika aku telfon ke orang rumah dan memita pulang . Akhirnya aku menemui ibuku yang dalam keadaan kaki patah . Beberapa hari di rumah 

Arisa : kamu pulang , apa kamu kemana ? aku : ibuku kecelakaan sa. Maaf aku gak bilang ke kamu

Arisa : maaf juga aku gak bilang ke kamu. Aku sudah tau beberapa minggu yang lalu hanya saja tidak boleh di beri tahu ke kamu

sejak itu aku shok banget san bener bener kek nggk punya jalan kehidupan lagi.

"Bagaimana ibu ku jika ia tidak bisa kembali normal. Dengan siapa aku hidup rasanya hancur bngt perasaan ku"

Jika ayahku tidak pernah memilih wanita lain di hidupnya. Mungkin ini tidak akan pernah terjadi . Semua ini karna ayah yang terlalu egois atas tindakannya.

setelah 8 bulan pengobatan. Ibuku mulai bisa berjalan walau tidak sesempurna dulu. Hari demi hari bulan demi bulan ibuku mulai lebih kuat berjalan. Dalam keadaan itu saja ibuku masih berusaha kerja. 

Beberapa tahun kemudian, ibu kembali normal. Rasa kecewa ku ke ayah memudar . Bagaimana pun yang terjadi terhadap ibuku itu semua adalah takdir, itu semua adalah musibah. Bukan kesalahan ayah. Apa yang terjadi dalam keluargaku adalah takdir Allah untuk menguji umatnya 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun