Tulisan ini muncul karna keluhan murid di tempat saya mengajar. Mereka mengeluh mulai semester ini senin-jumat pulang  jam 15.00 WIB alias jam 3 sore. Sepertinya mereka masih terlena dengan libur semester. Sampai ada yang nyeletuk "Bu Cape belajar terus".
Berbicara perihal belajar, ada beberapa fakta yang menarik tentang pendidikan di Korea Selatan, yang mungkin tidak terjadi di negara kita.
Waktu Jam Belajar
Waktu belajar di Korea Selatan termasuk lama yaitu 16 Jam. Sekolah SD masuk pukul 7 pagi sampai pukul 3 sore.Â
Sedangkan siswa tingkat menengah masuk pukul 8 pagi sampai 4 sore.Â
Apakah setelah itu mereka langsung pulang, lalu rebahan sambil scroll tik tok?Â
No, biasanya pelajar tingkat SMA Â akan melanjutkan kegiatan yang bernama Self Study (Yaja). Â Kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara mandiri sampai pukul 10 malam.
 Ini disebabkan, karna mereka akan mengikuti ujian masuk universitas  atau kalau di Indonesia SBMPTN . Tapi kegiatan belajar mereka, gak cukup sampai situ saja hehe.
Hagwon (Bimbel)
Walau sudah menghabiskan waktu 16 jam belajar, tapi pelajar disana akan melanjutkan bimbel (hagwon) sampai pukul 2 malam.Â
Baru mereka bisa menikmati kasur dan rebahan.Berbicara tentang  hagwon, sama seperti di Indonesia pelajar yang ikut mulai tingkat sekolah dasar.Â
 Menurut Young Chun Kim dalam bukunya "Shadow Education and the Curriculum and Culture of Schooling in South Korea", 8 dari 10 siswa SD di Korea mendaftar hagwon. Hagwon tidak hanya mengajarkan  mata pelajaran, tapi keterampilan yang lain juga seperti olahraga dan kesenian.
Meski bagus untuk perkembangan pelajarnya, pada kenyataannya biaya hagwon sangat mahal. Orang tua di korea selatan rela merogoh kantong sebesar 6 juta, itu baru satu anak.
Suneung (tes masuk universitas negeri)
Seneung artinya ujian masuk sekolah tinggi negeri, di Indonesia disebut SBMPTN.Â
Suneung dilakukan biasanya pada bulan November. Jika waktunya sudah tiba, penjagaannya sangat ketat.Â
Toko-toko buka lebih siangan, truk truk besar tidak boleh melintas, bahkan pesawat  tidak boleh terbang di hari itu untuk menjaga ketenangan ujian.
Orang tua di Korea Selatan, ada sedikit kesamaan dengan orang tua di negara kita.Â
Jika anakya bisa masuk sekolah/universitas negeri seperti Seoul National University, Korea University, dan Yonsei University (disingkat SKY) akan merasa bangga sekali.
 Apalagi bisa masuk jurusan kedokteran di SKY. Pada dasarnya mereka menganggap bisa masuk universitas negeri dan kedokteran masa depannya terjamin, karna memiliki uang yang  banyak dan hidup mereka akan lebih dipandang.
Sehigga betapa pentingnya bagi mereka moment suneung. Mereka akan sibuk  mempersiapkan semua keperluan anak-anaknya untuk mengikuti ujian. Bahkan ada yang seharian berdoa di kuil untuk keberhasilan anak-anaknya dalam proses suneung.
Tuntutan orang tua yang tinggi.
Di Indonesia masih enak, orang tua masih memberikan kelonggaran dan pengertian perihal nilai sekolah, berbeda dengan orang tua yang ada di Korea Selatan. Orang tua disana, sering menuntut anak-anaknya untuk belajar non-stop demi mengejar kesuksesan.
Diumur belia, mereka sudah mendaftarkan anak-anaknya ke hagwon, dan harus memperolah nilai yang sempurna.
Tuntutan yang tinggi dari orang tua, kerap membuat pelajar-pelajar di Korea Selatan mengalami stress dan depresi. Tercatat jika tingkat bunuh diri di korea selatan sebanyak 39,2% yang dilakukan pada anak usia 9 -- 24 tahun.
Sistem pendidikan di Korea Selatan memang terkesan berat.
 Mereka menciptakan sistem pendidikan yang ketat, disiplin dan teratur.
 Tapi, perlu diingat segala sesuatu yang ingin diraih dengan hasil yang terbaik tentu perlu pengorbanan yang tinggi.Â
Tidak heran jika Korea Selatan menjadi negara yang memiliki sistem pendidikan yang terbaik karna prestasinya mampu  menembus tingkat dunia.
Berdasrkan laporan PISA (Programme for Internastional Student Asessment) menyatakan bahwa Korea Selatan berada di posisi ke -- 7 dengan skor membaca 514, matematika 526, dan sains 519.Â
Sebuah pencapaian luar biasa bagi negara yang baru membangun sistem pendidikannya diakhir abad ke-20.
Bahkan sistem pendidikan di Korea Selatan  berada di 5 besar dengan sistem terbaik yakni Korea Selatan, Jepang, Singapura,  Hongkong dan Finlandia.
Jika murid-murid saya membaca tulisan ini, harapannya mindset mereka menjadi lebih terbuka bahwa untuk mendapatkan keberhasilan itu harus melewati ikhtiar dan pengorbanan.
Mengeluh boleh-boleh saja, asal tidak berlarut-larut. Sebab masa depan bangsa ini berada di tangan kalian semua.
Bogor, 20 Juli 2023
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI