"Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan"
Alangkah memalukannya, ketika nikmat yang tiada terhingga itu kita balas dengan pornograpi massal dihampir semua kota bahkan desa-desa kecil di negeri ini, lebih memilukan lagi para wanita yang menutup auratnya dianggap sebagai wanita yang kuno, cupu, ketinggalan zaman dan lain sebagaiya.
Astaghfirullah, maka musibah yang bertubi-tubi menimpa negeri ini  apakah datang tanpa arti?
Allahuakbar, Â tiadalah Allah mengingkari janji-Nya. Apabila kita bersyukur sungguh akan ditambahkan rezki kepada kita dan apabila kita kufur akan nikmat-Nya, sungguh azab-Nya sangatlah pedih.
Muslimin rohimakumullah,
Kini pilihan ada pada kita, ingin nikmat yang bertambah-tambah atau azab yang bertubi-tubi. Jika ingin nikmat yang bertambah, jelas jawabannya adalah syukur. dan syukur akan nikmat Allah tentunya bukan hanya dengan berucap Alhamdulillah, tetapi lebih dari itu, menyukuri nikmat Allah dengan menggunakan segala nikmat itu di jalan-Nya. Nafas yang berhembus, jantung yang berdetak dan nadi yang berdenyut kita syukur dengan dzikrullah, body yang aduhai kita syukuri dengan menutup dan menjaganya, harta yang melimpah kita syukuri dengan sedekah dan begitu seterusnya hingga tiada satupun nikmat Allah yang berubah menjadi azab bagi kehidupan dunia dan akhirat kita.
Namun jika kita memilih adzab yang bertubi-tubi, maka biarkanlah segala nikmat itu berlalu begitu saja tanpa arti, tanpa makna. Na'udzubillah tsumma na'udzubillahi
Akhirnya, semoga Allah memberi kekuatan kepada kita semua kaum muslimin/ muslimat sedunia dalam usaha menjadi hamba-Nya yang ahli syukur karena tiada daya dan upaya yang kita miliki tanpa pertolongan dari Allah Robbuna wa Robbukum yang maha penolong.
Sekian dan demikian pidato saya, terimakasih atas segala perhatian, mohon maaf untuk setiap keurangan. Akhir kalam
Wassalamu'alaikum WrWb
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H