Mohon tunggu...
Halimah Munawir
Halimah Munawir Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Saya penulis( Novel yang telah diterbitkan Gramedia : The Sinden & Sucinya Cinta Sungai Gangga, Sahabat Langit, Antopologi Puisi, .Buku lain pernah di tulis: Sukses Story Nila Sari & Biografi MBok Berek ), Aktivis untuk anak dan perempuan (Yayasan AKSI , Kampung Budaya Ramah Anak & Rumah Bambu Bunda Halimah - Bogor), Owner Alharomain Wisata Mabrur Travel.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Suara pelacur berhijab dari rumah bordir

16 Juni 2014   00:14 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:35 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Suara Pelacur Berhijab dari Rumah Bordil
Tuhan,
Aku sadar aku berlumur dosa.
Dan aku yakin, Engkau yang tak pernah tidur
mengetahui siapa diri ini
Tapi, Salahkah aku Tuhan, jika aku ber-hijab?
Adakah Engkau katakan dalam ayat-ayat
Rasulku, Muhammad bahwa hijab di larang untuk
Kami yang dalam kesesatan? Kenistaan? Dalam lumpur dosa?
Tak ada ku baca
Hingga aku pun bersembunyi di balik hijab ini
Rasa maluku padaMu, tak dapat ku kata
Seluas apa dan sebesar apa.
Rasanya aku ingin berlari dan berlari
Ke hadapanMu, bersujud dihadapanmu.
Dan berkata, aku ingin suci di balik hijab
Namun,
Aku tak dapat menyentuh air wudhu.
Aku merasa tak layak bersuci
Dalam remang kehidupan malam
Untuk uang. Ya, uang!
Perutku  lapar tanpa uang
Tubuhku  telanjang tanpa uang
Dan aku tak mau tidur diantara gelandangan
Dari satu tempat ke tempat lain
dan selalu di kejar kantib.
Tuhan,
Sesungguhnya ku tak perlu mengadu,
karena Engkau Maha tahu.
Tapi mereka selalu menghujatku
Tanpa rasa dan hati
padahal, siapa sih yang mau jadi pelacur?
Aku yang terlunta di kota dalam kesendirian.
Perutku lapar, tak ada yang perduli.
Aku butuh tempat berteduh, tak ada yang perduli.
Ku perlu sandang , tak ada yang perduli.
Kecuali rumah bordil!
Tuhan,
Malu tak ada lagi dalam diriku.
Tak ada peluang, tak ada ruang untukku dalam status sosial.
Dan, hijab ini adalah tempat persembunyianku, bukan menutup auratku.
Hijab ini hanya penutup topengku...
Kini,
Aku tak perduli pada mereka yang menganggapku sampah.
Aku tak perduli pada mereka yang mencibirku
Aku tak perduli pada mereka yang bersumpah serapah
Aku tak perduli jika dagingku terpanggang di atas baraMu.
Aku hanya perduli hari ini aku dapat makan dan bersandang.
Mei 2014
(Dari serpihan buku Tatanan Sosial Perempuan Puncak)
Halimah munawir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun