Mohon tunggu...
Munawar Khalil
Munawar Khalil Mohon Tunggu... Insinyur - ASN, Author, Stoa

meluaskan cakrawala berpikir, menulis, menikmati kehidupan yang singkat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Diskursus FS, dan Tes Psikologi Aparatur Negara

22 Agustus 2022   18:18 Diperbarui: 22 Agustus 2022   18:22 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekitar 1 bulan yang lalu, karena berkeinginan menjadi salah satu anggota komisioner institusi penyelenggara Pemilu, saya mengikuti 2 rangkaian tes kejiwaan. Yang pertama, oleh dokter psikiater di salah satu RS rujukan. Materi tesnya tertulis dan wawancara dengan hampir 600 soal yang memancing emosi. 

Hasilnya, tidak ditemukan unsur-unsur membahayakan, yang dalam bahasa psikologi disebut psikopat. Namun poin pada rangkaian tes pertama ini plusnya adalah netralitas keilmuan para dokter, dan tidak adanya kepentingan karena kita bisa langsung melihat hasil tes saat itu juga. Selain tertulis, sewaktu wawancara dokter jiwa nya langsung yang memberitahukan hasil tes.

Tahapan kedua, dilakukan tes lagi dengan materi yang lebih lengkap yang dilaksanakan oleh salah satu institusi penyelenggara tes yang memang di institusi ini mencetak personil-personil yang menjaga ketertiban dan kemananan masyarakat. 

Materinya lebih njlimet dan detail serta durasinya hampir seharian penuh. Dari tes tertulis, matematis, mengisi pilihan berganda, esai, sampai menggambar. Semua ditujukan untuk mengetahui tingkat integritas, kepribadian, moral, dan emosional kita.

Problem tes kedua ini yaitu tidak disampaikannya hasil tes secara terbuka. Karena itu ia bisa sangat subjektif. Apalagi tampaknya di tahapan tes quarter ini berbagai intrik atau kepentingan sudah mulai mengemuka. Sebab malam setelah tes tersebut saya sudah mendapat informasi bahwa kepentingan para pihak sangat luar biasa dalam seleksi. 

Melibatkan organisasi massa besar dan partai-partai yang ingin menempatkan orang-orangnya di institusi ini. Sesi tes serta hasilnya saja diarahkan dari pusat.

Kemudian ada informasi tambahan, bahwa institusi yang menyelenggarakan tes psikologi ini mendapatkan slot untuk menempatkan orang mereka. Dari 96 peserta tes, yang dicari hanya 3 orang. Ketika ada 1 titipan berarti tinggal 2 kursi yang diperebutkan. Dari 2 itu ada jatah ormas dan partai, juga petahana. Sebab itulah, tanpa menunggu pengumuman dan tes berikutnya yang tinggal beberapa hari lagi, besoknya saya memutuskan balik kanan.

Pada rangkaian tes quarter ini, di Computer Assisted Test pertama saja, saya tidak yakin 100% soal yang diujikan besoknya yang berbentuk file elektronik sebelum di transfer ke server BKN itu safety atau tidak bocor. Kenapa? Karena panitia yang melaksanakan pada level pelaksana adalah staf-staf sekretariat para petahana yang hampir semua mencalonkan diri kembali. 

Laboratorium komputer tempat tes milik BKN hanya lah sarana yang dipinjam atau mungkin disewa oleh tim seleksi.

Sejak sehari sebelum test mereka sudah ada di lokasi mempersiapkan segala sesuatunya. Sementara transfer file dalam dunia teknologi digital saat ini cuma berlangsung dalam hitungan detik. Bagaimana dengan argumen soal-soal yang bersifat acak untuk tiap komputer? Yang acak itu penomoran, soal tetap sama. Artinya jika kita sudah punya bocoran soal lalu mencari jawabannya, soal penomoran itu tidak masalah, apalagi untuk yang esai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun