Mohon tunggu...
Munawar Khalil
Munawar Khalil Mohon Tunggu... Insinyur - ASN, Author, Stoa

meluaskan cakrawala berpikir, menulis, menikmati kehidupan yang singkat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gurihnya Uang Donasi Umat dan Kemiskinan yang Tak Pernah Terentaskan

7 Juli 2022   13:12 Diperbarui: 8 Juli 2022   16:53 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak usah jauh-jauh mereka menjadi pemberi, tidak meminta saja sudah cukup karena kemandirian tadi. Apa hasilnya? Tiap tahun yang datang meminta zakat tadi, itu-itu saja orangnya. Pertama, bisa jadi program tersebut gagal karena kemalasan atau kurangnya kemampuan si mustahiq untuk mandiri. Kedua, program memang tidak pernah dibuat. Alhasil mereka tetap menjadi mustahiq sepanjang hidupnya.

Apa artinya? Iklan-iklan pengentasan kemiskinan lembaga-lembaga donasi itu adalah omong kosong. Lembaga-lembaga ini tidak pernah bisa mengubah keadaan karena hanya memberi ikan, bukan kail. Diperparah, pengurusnya malah sibuk ikut menikmati uang hasil donasi tadi hingga lupa membuat program-program pemberdayaan untuk mengentaskan kemiskinan umat.

Tak salah sebenarnya, ketika salah satu pencetus teori kritis berujar; agama adalah candu. Itu bukan menjustifikasi agama itu candu. Agama tetap suci. Menurut Ritzer, si pencetus teori tadi hanya menolak keras agama dijadikan alat untuk memengaruhi serta menipu orang lain, dengan iming-iming kelipatan surga karena memberikan apa yang ia miliki. Sementara apa yang diberikan tadi, 100% tidak sesuai peruntukkannya seperti akad awal.

Satu hal yang perlu menjadi catatan, lembaga-lembaga donasi ini puluhan tahun eksis dan survive di tengah kritikan.  Penyebabnya adalah soliditas diantara sesama pengurus. Jika mereka tidak solid maka informasi penyimpangan rentan keluar. Kebocoran data gaji pengurus dan fasilitas lain itu informasinya pasti dari dalam. Dokumen sensitif adalah konsumsi internal. Sulit diakses orang luar. Ketika sesama mereka berkonflik (konfliknya biasanya ya masalah pembagian uang) pasti ada yang membawa data keluar. Ujungnya saling depak. Begitu terdepak, pengurus tadi akan membentuk lembaga baru yang persis dengan lembaga lama.

Kenapa? Pertama, keahlian dia di situ. Kedua, mencari uang lewat lembaga donasi sangat mudah (karena umat yang candu mudah dibodohi, apalagi rata-rata profil pengurus ini sangat agamis). Ketiga, tinggal meng-copy paste program lembaga terdahulu, baik itu teknis, sasaran, propaganda, diksi, narasi, video, maupun foto-foto yang membuat umat cepat meleleh. Tinggal tunggu saja, rekening lembaga akan penuh sendiri. Bahkan sampai ada narasi mereka yang berbunyi; jika problem hidup Anda terlalu berat, sedekah adalah solusinya, jika ingin kaya harus sedekah, ketika pandemi, kesulitan hidup di mana-mana itu akibat kurang sedekah. Seolah-olah jalan keluar semua permasalahan adalah sedekah.

Dan bagi umat, itu adalah jalan pintas menuju hidup bahagia, kaya, dan masuk surga.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun