Sebagai orang tua, pengalaman ini baru pertama. Ya, betapa ini menjadi momen yang tidak aku lupakan.
Malam itu, hari ke-4 lebaran 1444 H. Aku, seorang ayah yang punya anak gadis, cantik pula, kita kedatangan tamu, anak muda gagah, dan good looking.
“Kok, kawanmu sering nemuin kamu, kadang jemput dari kampus, tapi tidak pernah temui aku”
Sebagai Ibu, nalurinya tidak ridho, anak gadisnya di ‘incar’ tapi tidak ‘permisi’ pada Ibu yang telah melahirkan dan membesarkannya.
“Dimana adab sebagai pemuda muslim?”
Uneg-uneg inilah yang disering disampaikan Umi ke anak gadisnya.
Sekian lama, Ia memenuhi janjinya, datang ke rumah. Setelah sebelumnya kirim DM via IG Uminya, akan datang ke rumah, ngobrol tentang ‘kelanjutan hubungan’ dengan anak gadisnya.
Pas waktu sholat maghrib, Ia datang ke rumah, bersamaan aku jadi Imam di masjid. Selesai sholat sunnah, aku pulang. Masuk rumah, ada motornya, tapi tidak orangnya.
Sebelum masuk rumah, Istri tanya, “Tidak ketemu Naufal? Ia juga solat di masjid.”
Segera aku balik badan, buka gerbang, rupanya Ia di depan gerbang. Segera aku suruh masuk, dan kupersilahkan duduk di kursi ruang tamu.
Kami ngobrol bertiga, awalnya Ia canggung, agak grogi, sebentar-sebentar minum, tapi sambil terus berusaha bercerita dengan kami.