Mohon tunggu...
Haliemah Noor Qathrunnada
Haliemah Noor Qathrunnada Mohon Tunggu... Freelancer - CPM

Keep smart

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merawat Cinta Tanpa Gas

30 Juni 2024   11:42 Diperbarui: 30 Juni 2024   14:23 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Walaupun memerlukan waktu yang lebih panjang dalam pelaksanaannya, namun anak secara bertahap diperkenalkan dengan beberapa step agenda dengan pencapaian visi dan misi atas setiap atahan yang diberikan orang tua untuk sebuah pencapaian pemahaman anak atas kinerja yang dilakukannya. Maka, pelibatan sisi kognitif ini hadir dalam pemberian stimulus psikomotorik anak yang akan terbentuk dalam afeksi anak yang cakap. 

Kekerasan verbal acap sekali didapatkan dalam lingkup rumah tangga, ini masih dimaknai seuatu yang biasa terjadi ketika proses pengasuhan terjadi kendala gap perspektif antara orang tua dan anak. 

Sentuhan psikologis yang menaruh luka, tidak hanya bersifat sesaat namun dapat terjadi secara jangka panjang maupun permanen. Hal ini dapat berbentuk labelling negatif terhadap anak atas relasi kuasa dalam lingkup keluarga serta peneguran yang bermuatan kebencian hingga mengakibatkan kegagalan dalam proses pendidikan dalam arahan yang diberikan. 

Suatu hal yang kerap terlupa pada diri setiap orang tua bahwa motor penggerak daya juang anak adalah mental psikologis yang matang, ketika ranah tersebut tergores bahkan menarik luka yang akut maka tak jarang anak akan mengalami degredasi atas kapasitasnya yang telah terbangun sejak dini. 

Pengasuhan secara tegas tidak berarti dengan metode nge-gas yang memberikan intervensi kepada anak secara psikologis untuk melaksanakan setiap perintah yang diberikan oleh orang tua, karena hal ini akan menumpulkan peranan otot syaraf anak dalam merespon realitas yang ada. 

Di sinilah cikal bakal taqlid tumbuh tanpa mau mengetahui sebah dan musabab suatu perkara, karena kondisi otak anak telah terkunci oleh sebuah doktrin tanpa pengetahuan. Akal yang menjadi anugerah terbesar Allah SWT akan tumpul ketika proses pengasuhan dengan menggunakan metode nge-gas ini dipermanenkan. 

Peranan orang tua sebagai pendidik bersama guru di lingkup sekolah selayaknya membentuk sebuah wahana juang bersama dalam peningkatan SDM bangsa dalam meningkatkan fungsi kognitif dan psikomotorik anak berlandaskan Ketuhanan Yang Maha Esa. 

Diharapkan budaya pengasuhan kolonial ini terkikis oleh zaman yang menggerus asas ketimpangan relasi kuasa dalam lingkup keluarga bahwa setiap anggota keluarga adalah narasumber bagi anggota lainnya, maka bermain peran inilah yang menjadi tugas orang tua dan anak untuk menumbuhkan toleransi yang ditanamkan sejak lingkup terkecil, yakni keluarga. 

Yakinlah Indonesia besar dengan Bhinneka Tunggal Ika yang kaya akan khazanah daerah di seluruh khatulistiwa. Merawat cinta untuk keluarga dan bangsa menuju perdamaian budaya secara nasional dan global. Wallaahu A'lam Bishowaab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun