Mohon tunggu...
Laode Halaidin
Laode Halaidin Mohon Tunggu... BLOGGER -

Menulislah, karena itulah keabadian.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sulawesi Tenggara dalam Pusaran Dinasti Politik

21 Juni 2017   13:35 Diperbarui: 21 Juni 2017   13:45 2345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak hanya sampai disitu. Tahun 2014, Sjafei Kahar  mendorong istrinya, Waode Salmatia mencalonkan diri sebagai anggota legislatif lewat partai Demokrat. Istrinya berhasil menyabet kursi DPRD Provinsi dengan kekuatan basis dan finansial yang dimiliki oleh suaminya, Sjafei Kahar.

Tahun 2017, Sjafei kembali mendorong anaknya, Agus Faisal Hidayat untuk maju di pilkada Buton Selatan. Agus berhasil memenangi pilkada Buton Selatan. Kemenangan Agus, merupakan senjata Sjafei untuk memuluskan jalan politiknya menuju Gubernur. Ia adalah orang pertama, yang menyebarkan balihonya dijalan-jalan sebagai calon Gubernur. Dengan itu, Sjafei ingin menegaskan bahwa ia adalah politisi yang layak diperhitungkan. Ia telah mempunyai peluru, untuk mengerahkan basis dan finansial yang ada.

Ke lima politisi diatas, telah memegang kekuasaan di masing-masing wilayah. Secara tidak langsung itu terlihat lewat dinasti politik yang mereka bangun. Mereka dengan gampang dapat memanfaatkan jabatan-jabatan para bupati dan wali kota, yang melalui dinasti politiknya untuk mengerahkan pendukung, baik dukungan secara finansial maupun basis masanya.

Melalui keluarga politik itu, maka bagi mereka bukan sesuatu yang sulit untuk berkuasa di Sulawesi Tenggara. Mereka bisa melakukan apapun, demi meraih kekuasaan tersebut. Maka apa yang dikatakan oleh filosof Bertrand Russel, semakin meyakinkan bahwa dari keinginan manusia yang tidak  terbatas, di dalam kepalanya adalah keinginan untuk berkuasa.

Daerah Sultra kedepan akan menapaki jalan terjal. Kita tak tau siapa kedepan yang akan berkuasa. Namun bagi saya, selama beberapa puluh tahun ke depan, Sultra akan terus berada dalam pusaran dinasti politik.

Namun, kita selayaknya bertanya, bagaimana dampaknya terhadap masyarakat. Kita patut memperhitungkan, bagaimana konflik kepentingan yang terjadi ketika daerah dijabat oleh keluarga dari dinasti politik. Ini justru akan berdampak buruk terhadap kehidupan masyarakat. Mestinya, daerah ini lebih besar dari beberapa keluarga dinasti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun