Berbagai pengertian bimbingan tersebut di atas, bila dikolaborasikan ke dalam esensi dakwah akan memberikan fokus penanganan obyek dakwah secara terpadu dan berkesinambungan. Artinya, dakwah dalam bentuk bimbingan dan konseling akan lebih intens dari pola tabligh Islam yang bersifat makro. Maka model dakwah bimbingan dan konseling adalah tabligh Islam yang bersifat mikro, membina umat secara sistematis, terarah, dan terus-menerus sesuai dengan potensi, minat, bakat, dan kemampuan yang dimiliki audiens. Melalui model ini, para petugas dakwah akan memiliki pengertian yang mendalam mengenai audiensnya dan akan berupaya menemukan materi dan metode yang tepat sesuai dengan kompleksitas masalahnya .
Dakwah Islam dengan segala aktivitasnya telah berkembang dari masa ke masa. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari materi yang disesuaikan dengan perkembangan zaman, metode, maupun yang lainnya. Berangkat dari titik tolak mengajak manusia yang dilakukan dengan lisan (dawah bi al-lisân), dengan perbuatan (dawah bi al-hâl), dengan tulisan (dawah bi al-tadwîn) sampai kepada pencegahan (preventive), penanganan masalah, penyembuhan (curative), serta perkembangan (development) madu, berbagai ilmu pengetahuan diterapkan dalam dakwah Islam dalam rangka mencapai tujuan, termasuk di dalamnya bimbingan dan konseling Islam, di mana ilmu ini disesuaikan dengan ajaran Islam.
Selama ini dakwah banyak disuguhkan dalam bentuk tabligh Islam secara makro, yaitu menyampaikan pesan-pesan dakwah (ajaran Islam) secara umum atau ceramah dari mimbar ke mimbar, sehingga oleh masyarakat umum konotasi dakwah itu adalah ceramah. Akibatnya, ketika masyarakat Islam mengalami problema pribadi atau yang berhubungan dengan masalah-masalah kejiwaan (psikis) dianggap tidak termasuk persoalan dakwah.
Demikian pula, bila ada kegiatan yang berbentuk pembinaan dan bimbingan, konsultasi masalah-masalah yang menyangkut pribadi (kejiwaan) seperti konflik mental/spiritual; kegoncangan, stres, frustasi, putus asa, rasa percaya diri hilang, dan sebagainya.
Pada umumnya, bila menghadapi permasalahan seperti yang dikemukakan di atas masyarakat Islam cenderung memilih untuk berkonsultasi dengan psikolog, psikiater, dan mungkin pula dengan para normal atau yang lainnya. Mereka tidak mau berkonsultasi dengan para ulama, ustadz, dan para pembimbing agama yang bertugas di lapangan. Kalaupun ada, mungkin jumlahnya tidak banyak, dan itupun tidak dilakukan secara kontinu, dan profesional. Karenanya, semakin banyak persoalan masyarakat yang belum tersentuh oleh aktivitas dakwah secara sistematis.
Model dakwah yang ditampilkan selama ini lebih banyak menyampaikan pesan Islam sebanyak-banyaknya, pendoktrinan yang cenderung menggurui dan menghakimi, model penyampaian satu arah (monoton atau menjenuhkan), dan tanpa menyadari persoalan apa yang sedang dihadapi individu atau kelompok. Masyarakat lebih banyak diposisikan sebagai terdakwah yang wajib didakwahi, seakan mereka dipasung dengan pendekatan emosional dan dengan sesuatu yang sakral, tanpa diberikan peluang untuk mengekspreksikan dirinya secara rasional dan manusiawi.
Dalam kenyataan seperti itu, terlihat bahwa fleksibilitas dan kekenyalan ajaran Islam terpasung oleh praktek dakwah yang diperankan oleh para dai. Sehingga banyak agenda dakwah yang tidak terlaksana dengan baik dan banyak pula intisari dan substansi ajaran Islam yang belum dapat menyentuh persoalan aktual yang selalu berkembang dalam masyarakat. Maka bentuk dakwah aktual sesungguhnya adalah upaya redefinisi dan reaktualisasi bahasa dakwah menurut model atau alternatif yang mampu menyikapi dan merespon masalah umat berdasarkan pada kultur, karakteristik, situasi dan kondisi masyarakat yang dihadapinya.
Upaya yang bijak adalah menghadirkan model dakwah melalui bimbingan dan konseling, yakni penyebaran ajaran Islam yang sangat spesifik di kalangan sasaran tertentu. Ia menampilkan hubungan personal antara pembimbing dan terbimbing, lebih berorientasi pada pemecahan masalah individual yang dialami terbimbing, sedangkan pembimbing memberikan jalan keluar sebagai pemecahan masalah tersebut.
Di samping itu, ia juga mencakup penyebarluasan agama Islam dikalangan kelompok tertentu dengan suatu pesan tertentu. Pesan itu merupakan paket program yang dirancang oleh pelaku dakwah. Ia dirancang secara bertahap sampai pada perolehan target tertentu.
Bila model dakwah seperti ini dikembangkan menjadi sebuah profesi, maka akan terwujud seorang dai yang konselor atau konselor yang dai. Keunggulannya adalah banyak metode dan pendekatannya yang dapat diterapkan dalam membahasakan dakwah melalui model bimbingan dan konseling, yaitu:
1) Wawancara; salah satu cara yang dilakukan untuk mengungkapkan fakta-fakta kejiwaan seseorang (audiens), yang dapat dijadikan bahan pemetaan tentang bagaimana sesungguhnya hidup kejiwaannya, dan pesan dakwah yang tepat baginya.
2) Group Guidance; yaitu cara memahami keadaan audiens melalui kegiatan kelompok, seperti diskusi, seminar, dialog alternatif, atau dinamika kelompok (group dinamics).