Zujajah (kaca bening berkilauan) menggambarkan kejernihan hati dan akal manusia. Dalam optik modern, kaca bening atau prisma dapat memfokuskan atau membiaskan cahaya, memperjelas penglihatan kita. Begitu pula, hati yang bersih akan lebih mudah memahami petunjuk Allah.
Minyak dari pohon zaitun yang hampir menyala sendiri mewakili hikmah dan pengetahuan yang bersumber dari wahyu. Ilmu modern menunjukkan bahwa minyak zaitun memiliki kandungan energi tinggi, seperti bahan bakar yang dapat menyala dengan sedikit energi tambahan. Ini mencerminkan bahwa orang yang memiliki hati bersih dan fitrah yang lurus dapat dengan mudah menerima hidayah Allah.
Cahaya di atas Cahaya (Nr 'ala Nr) menggambarkan lapisan-lapisan petunjuk Allah yang saling memperkuat. Dalam fisika kuantum dan optik, fenomena ini mirip dengan interferensi cahaya, di mana dua gelombang cahaya bertemu dan saling memperkuat, menghasilkan cahaya yang lebih terang. Ini mencerminkan bagaimana wahyu dan akal bekerja bersama untuk menghasilkan pemahaman yang lebih tinggi.
Analogi Ilmiah untuk "Cahaya di atas Cahaya"
Dalam fisika, ada konsep superposisi gelombang elektromagnetik, di mana dua gelombang cahaya yang berinterferensi dapat memperkuat satu sama lain. Jika diterapkan dalam konteks spiritual, cahaya pertama melambangkan wahyu Allah, sedangkan cahaya kedua adalah pemahaman manusia terhadap wahyu tersebut. Ketika seseorang memiliki hati yang bersih, ia dapat memahami wahyu dengan lebih dalam, menghasilkan pencerahan spiritual yang lebih besar.
Lapisan-lapisan atmosfer di Bumi juga memiliki kemampuan menyebarkan dan membiaskan cahaya matahari, membuat langit tampak biru di siang hari dan berwarna oranye saat matahari terbenam. Secara spiritual, ini menggambarkan bagaimana hati manusia yang disucikan dapat menangkap dan menyebarkan cahaya Ilahi dengan cara yang lebih sempurna.
Serat Optik dan Peran Nabi Muhammad dalam Menyebarkan Cahaya Ilahi
Ayat ini menyebutkan bahwa kaca (zujajah) seperti bintang yang berkilauan. Dalam ilmu modern, serat optik (fiber optics) digunakan untuk menghantarkan cahaya dengan lebih fokus dan tanpa kehilangan intensitasnya.
Jika kita mengaitkan konsep ini dengan peran Nabi Muhammad, maka bisa diibaratkan bahwa beliau adalah medium sempurna yang mentransmisikan cahaya Ilahi kepada umat manusia tanpa perubahan atau distorsi, sebagaimana serat optik membawa cahaya dengan kemurnian tinggi tanpa gangguan eksternal.
Kesimpulan: Relevansi Ilmu Modern dengan QS. An-Nur: 35
Dengan pemahaman ilmu modern, ayat ini menjadi lebih jelas dan relevan. Berikut adalah beberapa kesimpulan utama: