Ketika nasi goreng dan mie goreng sudah disiapkan kami berdoa dan mengambi sendok masingmasing, ada yang ganjil karena 1 sendok masih tersisa, Zahrohpun berteriak memanggil nama Sakinah barangkali masih di kamar.
Ternyata Zahro, kecewa karena adiknya sudah tak bersama kami, bulirbulir air mata menetes di pipi istriku, tak kuasa ditinggalkan Sakinah untuk menuntut ilmu, sayapun mendinginkan suasana.
"Sudahlah, jangan diingat terus, nanti Sakinah di Pondok malah ikut kangen dan tak kerasan, Ikhlaskan Sakinah menuntut ilmu untuk masa depannya," kata saya di keheningan malam itu.
"Iya abah, biasanya Sakinah yang selalu hadir di tengah tengah kita, sekarang pergi untuk waktu yang lama" kata istriku.
"Ingat pesan bu Nyai, tiap hari kirimi anak kita doa dan bacakan Surat Al Fatihah setiap selesai salat subuh dari ruamah, Insya Allah Sakinah akan kerasan mondoknya, dan mendapatkan apa yang dicitacitakan," kata saya
"Iya bu, tiap Jumat kita masih bisa sambang ke Pondok, untuk menemui Sakinah," kata Zahroh menambahkan.
"Foto kita, terasa ada yang kurang, karena tak ada Sakinah di sini, hari bahagia pernikahan pamannya, tanpa kehadirannya," kata saya sambil menunjukkan foto kami berenam, bersama pengantin yang berbahagia, dan ibu.
"Semoga Sakinah di Pondok ikut merasakan kebahagiaan kami, abah!, besuk kalau sambang saya sama mas Lukman ikut ke Pondok," kata Khosma istri dari Lukman, ponakan saya yang malam ini bagaikan raja dan ratu, dalam Pesta Pernikahan yang berbahagia
T A M A T
Kota Pudak, 5 November 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H