Surabaya, perjalanan yang berliku ya pak," kata dokter Sakinah
"Alhamdulillah ya, bu Dokter pasti dari keluarga berada, sampai bisa kuliah di kedokteran, kan biayanya mahal, belum lagi beli peralatan kedokteran, pasti banyak yang harus disiapkan orang tua bu dokter," tanya saya.
"Tidak Bapak, saya dari keluarga petani, ayah saya petani ibu di rumah merawat adikadik, saya punya 4 adik pak, tapi Alhamdulillah saya masuk Fakultas Kedokteran lewat jalur Bidik Misi UGM, 6 tahun lalu dan Allah SWT juga memberi kemudahan, karena saya selalu dapat beasiswa, sehingga biayanya semua dari Pemerintah, kecuali kebutuhan makan dan biaya hidup di Yogya," kata dokter Sakinah.
"Apa resepnya kok bisa dapat beasiswa terus menerus bu dokter? saya juga punya anak yang sekarang masih duduk di kelas X SMA, dan punya citacita menjadi dokter juga, bagi resepnya dong," kata saya meminta pada bu dokter
"Insya Allah, nanti saya berikan pak, sementara ini resep untuk ayah bapak, segera ke apotek ambil obat," kata bu dokter sambil menyerahkan resep ke saya.
Malam itu kulihat bu dokter sedang membaca buku, di ruang istirahat dokter jaga tempat ayahku dirawat, saya beranikan diri untuk mendekatinya, setelah saya membawa obat untuk ayah saya yang telah diresepkan oleh dokter Sakinah.
"Assalamualaikum dok, boleh tanya sesuatu?" sapa saya pada dokter muda tersebut.
"Waalaikumsalam, silakan duduk pak," kata dokter yang masih bujang tersebut, sambil menutup bukunya.
"Begini dok, untuk obat ayah saya ini apa harus diminumkan mulai malam ini, atau nunggu besuk pagi". tanya saya.
"Besuk pagi saja, tadi ayahnya Jhan sudah saya kasih suntikan, jadi sekarang bisa istirahat," tanya dokter Sakinah
"Terima kasih dok, kalau begitu saya pamit dulu," kata saya sambil berdiri untuk meninggalkan ruang dokter Sakinah. "Sebentar pak, saya tadi kan janji akan memberikan tip, bagaimana bisa     masuk     Fakultas     Kedokteran     dan