Kehidupan manusia di dunia tak bisa lepas dari hubungan antar sesama, karena manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dalam mengarungi hidupnya.
Hidup bertetangga mengharuskan kita untuk selalu mengetahui kondisi dak keadaan tetangga secara lahir batin, secara sosial dan keadaan kesehatan maupun kondisi ekonominya.
Saling membantu, memberi dan menerima dari sesama tetangga adalah perwujudan hubungan sosial yang baik yang perlu dikembngkan, dilestarikan agar keselarasan dan keserasian hidup akan berjalan secara baik.
Berikut ini kisah hidup Pak guru dengan Cak Man yang terjalin akrab sebagai sesama tetangga
"Cak Man, ada apel Manalagi?" tanyaku pada Cak Suparman atau yang akrab dipanggil Cak Man, pedagang buah yang mangkal di depan lapangan desa.
"Ada pak guru, memangnya butuh berapa kilo," jawab cak Man sambil menunjukkan contoh Apel Manalagi khas Kota Malang tersebut.
"Hanya 2 kilo Cak tolong pilihkan yang bagus" sahut ku "Beres pak guru, memangnya mau di bawah kemana Apel
Manalagi ini" kata cak Man sambil memilih buah Apel Manalagi yang besarbesar lalu ditimbang.
"Ada tetangga kita  yang sakit, Pak Dollah yang biasanya mengambili sampah kita untuk dibuang ke TPA yang ada di ujung kampung, ini mau menjenguk ke rumah sakit bersama Pak RT, Pak RW dan Pak Mudin, cak," jawab saya sambil menyerahkan uang Rp 50.000, untuk membayar dua kilo Apel Manalagi yang sudah dimasukkan ke dalam tas plastik.
"Memangnya kenapa pak guru harus menjenguk Pak Dollah yang sakit?" tanya cak Man
"Sebagai sesama manusia, sesama teman dan saudara, sudah menjadi kewajiban kita, menjenguk dan mendoakan yang sakit, membantu yang membutuhkan, takjiyah kepada yang meninggal, itulah ajaran agama kita Cak," terang saya pak Cak Man.
"Berarti kita harus berempati kepada tetangga kita yang sedang mengalami musibah, begitu pak guru", ungkap Cak Man
"Betul Cak, ketika kita membantu atau menolong kepada orang yang sedang kesusahan, maka kita telah melakukan dua kebaikan, yaitu meringankan beban orang yang susah, dan mendapatkan pahala di sisi Allah SWT, itu yang sering saya dengar dari penceramah di masjid, musala, atau di tempat pengajian," kata saya meyakinkan Cak Man.
"Kita tahu bersama Pak Dollah sudah hidup menyendiri, istrinya sudah meninggal beberapa tahun lalu, sementara dua anaknya ada di Kalimantan dan Sumatera, kalau bukan kita yang mengurus Pak Dollah lalu siapa lagi?Pak Dollah juga setiap hari membantu membersihkan sampah kita, saatnya kita tunjukkan kepedulian kita sebagai sesama tetangga, sesama manusia".
"Betul pak guru, wah pagipagi sudah dapat siraman rohani dari pak guru, makasih pak," kata cak Man sambil menata barang dagangan di lapaknya.
"Ngomongngomong, kok tidak kelihatan Mbak Jamilah, istri sampeyan cak?" tanya saya pada cak Man.
"Iya pak guru, sudah sebulan istri saya pulang ke kampung, merawat ibu yang sakit," jawab cak Man.
"Memangnya sakit apa ibu mertua cak Man?" tanya saya lebih lanjut.
"Sakit karena usia sudah tua pak guru, sudah hampir 80 tahun usianya, sementara istri saya anak perempuan satu satunya dari lima bersudara, jadi dia yang kebagian merawat ibu di kampung," kata Cak Man.
"Semoga ibunya segera sembuh ya, jangan lupa seminggu sekali disambangi ibunya di kampung cak, masak gak kangen sama yu Jamilah," kata saya sambil menghidupkan kendaraan untuk pulang.
"Iya pak guru, sangat kangen, apalagi kalau malam tidur sendiri kedinginan, makasih pak guru telah mampir dan hati hati di jalan" sahut cak Man.
Sakit, bukan keinginan atau pilihan tapi itu takdir dari Allah SWT yang harus kita jalani, perhatian dan bantuan tetangga akan meringankan beban orang yang sakit dan mempercepat penyembuhannya.
Bagaimana menurut pendapat Anda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H