Â
Wahai bunga bolehkah aku bertanya?Â
Mengapa warnamu kuning?
Mengapa tanggkaimu berwarna hijau?
*****
Mengapa engkau diam saja?Â
Mungkin engkau tak mau menjawabÂ
Karena engkau belum mengenalku
Atau engkau menjaga jarak dengan manusiaÂ
Yang selalu bikin kerusakan lingkunganÂ
Termasuk mencampakkanmu setelah dipetik
*****
Wahai bunga yang berwarna kuning?
Mengapa engkau tidak minta warnamu putih atau merah?
Apakah engkau akan menjawab bahwa engkau pasrah pada takdir?
Apakah engkau akan menjawab bahwa engkau hanyalah mahluk yang diciptakan?
Sehingga akan menerima saja
apa yang menurut Sang Pencipta adalah yang terbaikÂ
Padahal tidak semua manusia mau menerima keadaan yang telah ditetapkan
*****
Yang merah ingin menjadi hijau, yang putih ingin berubah jadi hitam
Yang kaya masih ingin menumpuk kekayaannya tak peduli pada sesama
Yang berkuasa ingin menunjukkan kekuasaan dan ingin membangun dinasti kekuasaan
Yang berilmu ingin pintar sendiri dan tak mau berbagiÂ
Yang berpengalaman tak mau bagikan pengalamannya agar yang lain bias
*****
Wahai bunga engkau memang benar tak pernah menjawab ketika aku tanyaÂ
Tak pernah mengeluh ketika aku sakiti
Tak pernah protes ketika aku cabut dari tangkaimuÂ
Karena engkau termasuk mahluk yang qonaah
Selalu menerima apa yang sudah ditakdirkan untukmu
*****
Wahai bunga aku jadi malu
sebagai manusia yang tak pernah bersyukur
Kurang menerima apa yang sudah menjadi ketetapanNyaÂ
Terima kasih bunga engka telah memberi pelajaran padaku hari ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H